Panasonic Journey dan Peluang Pandemik

Setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Demikian pula dengan kesulitan akibat Pandemik virus Corona-19 yang secara resmi diumumkan pada Maret 2020—dan masih berlangsung hingga saat ini. Bagi Panasonic, ada hikmah yang bisa diambil dari krisis ini, yaitu terciptanya peluang baru! Menurut Viya Arsawireja, Head of Corporate Communications Department PT Panasonic Gobel Indonesia, peluang baru yang berhasil ditangkap oleh Panasonic di masa pandemik ini adalah membesarkan segmen B2B (Business to Business) dan B2G (Business to Government).

Jika dulu Panasonic fokus membesarkan pasar ritel (dengan target end-user), maka di masa pandemik ini, menurut Viya, peluang untuk membesarkan segmen B2B dan B2G justru terbuka lebar. Viya mencontohkan peluang pasar produk untuk membersihkan dan memurnikan udara. “Gedung perkantoran, rumah sakit, klinik, restoran, cafe, dan fasilitas umum membutuhkannya,” tutur Viya dalam buku Brand Journey, from Zero to Hero terbitan SWA Publishing.

Peluang ini muncul karena kesadaran konsumen akan gaya hidup sehat dan bersih makin meningkat. Menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjalankan pola hidup sehat saja tidaklah cukup. Mereka menyadari membutuhkan udara bersih selama di rumah maupun di kantor. Oleh karena itu, kesadaran konsumen untuk memiliki ventilasi udara yang baik dan memiliki produk pembersih udara pun ikut meningkat, tutur Viya.

Kendati demikian, diakui Viya, segmen B2C (Business to Consumer) pun masih tinggi. Mengingat, semua orang lebih banyak melakukan aktivitas mereka di rumah. Tingginya segmen B2C juga ditandai dengan makin banyaknya pelaku bisnis yang masuk ke pasar AC maupun pemurni udara. Ujungnya, persaingan pun makin ketat.

Selain pasar AC dan pemurni udara, Viya mengakui pada awal masa pandemik, mempertahankan pangsa pasar produk televisi tidak mudah. “Kami sempat decline pada awal pandemik. Namun, di saat semua orang harus berada di rumah, meeting dari rumah, bekerja di rumah, webinar dari rumah, mencair hiburan di rumah, justru pasar televisi menjadi opportunity, karena semua itu dapat dilakukan melalui smart TV, termasuk bermain games dan berolahraga pun bisa dilakukan melalui TV,” papar Viya. Namun demikian, lanjutnya, harus diakui bahwa bisnis TV sudah akan masuk pada fase price war.

Lebih jauh tentang perjalanan brand Panasonic sejak pendirinya, H. Thayeb M. Gobel, resmi menjalin kerjasama dengan Matsushita dari Jepang, lalu menciptakan brand National, dan kemudian me-rebranding merek National menjadi Panasonic, bisa dibaca pada buku Brands Journey from Zero to Hero.

Buku ini membahas secara rinci tonggak-tonggak bersejarah perjalanan merek Panasonic dalam mewarnai perkembangan perekonomian Indonesia sejak masa revolusi, menghadapi berbagai krisis perekonomian nasional, hingga saat ini menghadapi pandemik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)