Lanskap industri tenaga kerja di Indonesia bakal didominasi oleh generasi millenial. Berdasarkan studi Talent Trends Study 2015, generasi millennial akan menguasai 50% dari industri tenaga kerja global di tahun 2020. Kehadiran generasi millenial ini jelas akan menyuguhkan dinamika tersendiri ke dalam lanskap industri dengan berbagai karakteristik dan keunikan yang mereka bawa.

- Ada berbagai hal yang perlu dipertimbangkan marketers ketika hendak berkomunikasi dengan generasi millenial.
Lantas, apa saja karakter generasi millenial? Salah satu karakter yang menonjol adalah mereka lebih aktif dalam mengejar kesempatan bekerja ketimbang generasi lainnya.
Hasil studi Talent Trends Study 2016 oleh LinkedIn menyebutkan, 32% millennial menerima kesempatan interview di dua-tiga perusahaan. Jumlah persentase ini melampaui persentase generasi sebelumnya, yakni 14% untuk generasi X dan 10% untuk generasi baby boomer. Menariknya, sepertiga dari mereka menemukan pekerjaan melalui media sosial.
Untuk bisa mendapatkan kandidat berkualitas terbaik, kata Ketua Umum Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia (PMSM) Indonesia, Pambudi Sunarsihanto, mereka harus berlomba antar satu sama lain dan kanal digital sebagai cara yang mereka manfaatkan untuk “menjemput bola”.
Berkaca kepada karakteristik generasi millennial dan kebutuhan di industri, katanya, personal branding menjadi benang merah yang dapat menjembatani kedua hal tersebut. Personal branding menjadi sinyal yang dapat mempertemukan perekrut dan kesempatan karier dengan profesional yang sesuai dengan kebutuhan serta kekuatan masing-masing pihak.
“Platform tersebut salah satuya Linkedin untuk personal branding para profesional di dnia,” ujar Pambudi.
Menurut data dari Your Story @Work yang dilakukan oleh LinkedIn baru baru ini mengungkap bahwa 78% pembuat keputusan dalam proses rekrutmen selalu melihat profil LinkedIn milik kandidat mereka dan 73% dari para pembuat keputusan tersebut percaya bahwa kesan yang dibangun oleh seorang profesional di dunia online sama pentingnya dengan kesan di dunia nyata.
Pambudi mencontohkan bagaimana personal branding di mata perekrut. Menurut dia, jika seseorang menunjukan bahwa ia bisa berbahasa inggris, maka ia bersaing dengan ratusan ribu orang yang memiliki kemampuan sama.
Namun, jika seorang profesional juga dapat menampilkan karya-karyanya, menunjukan kemampuan, dan menceritakan pengalamannya maka jumlah profesional yang menjadi kompetitornya akan berkurang karena orang yang memiliki kemampuan setara atau lebih semakin sedikit.
“Personal branding memungkinkan seseorang untuk menampilkan keunikan, karakteristik, sehingga menambah nilai jual di mata perekrut dan membuka peluang profesional tersebut untuk terhubung dengan lebih banyak kesempatan yang ada,” paparnya.
LinkedIn sebagai jaringan profesional terbesar di dunia, memberdayakan generasi millennial dalam pengembangan karier, memberikan kanal bagi mereka untuk dapat membangun personal branding secara online dan terhubung dengan berbagai kesempatan. LinkedIn membantu millennial untuk bisa belajar, membangun jaringan profesional, tergabung dalam sebuah komunitas profesional, dan menampilkan kemampuan, pengalaman, serta prestasinya kepada profesional di seluruh dunia.
Lantas bagaimana memanfaatkan Linkedin untuk membangun personal branding, berikut tips yang disampaikan para pakar manajemen dalam diskusi “The State of Millennials in Indonesia Workforce” yang diselengarakan baru-baru ini di Jakarta.
- Optimalkan profil LinkedIn Anda
- Terbitkan karya Anda di LinkedIn
- Buatlah akun LinkedIn SlideShare, dan bagikan pemikiran Anda
- Jalinlah hubungan yang bermanfaat
- Tingkatkan feed pada halaman utama akun LinkedIn Anda, dengan mengikuti orang-orang yang bisa bermanfaat bagi perkembangan karier Anda.