Sebagai bagian dari Sampoerna Schools System, Sampoerna University menggaet Louisiana State University (LSU) College of Engineering dalam pengembangan dan penyusunan kurikulum serta sistem pendidikan untuk melahirkan insinyur kelas dunia.
Dr. Wahdi Salasi April Yudhi selaku Rektor Sampoerna University menuturkan, Sampoerna University mengedepankan sistem pendidikan Amerika berbasis Science, Technology, Engineering, Arts dan Math atau STEAM dalam menciptakan engineer berkualitas yang dapat berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional. Untuk mengimplementasikan sistem tersebut, mereka mendapatkan dukungan teknis dari pihak LSU. Dari 3.000 universitas engineering yang ada di Amerika, menurutnya, saat ini LSU berada di jajaran 100 universitas terbaik.
Salah satu bentuk dari dukungan ini dibuktikan melalui kunjungan Dr. Dimitris E. Nikitopoulos, LSU Department Chair of Mechanical and Industrial Engineering ke kampus Sampoerna University di Jakarta. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk melakukan transfer of knowledge kepada para mahasiswa dan tenaga pengajar di Faculty of Science and Technology Sampoerna University, khususnya di jurusan engineering. “Pengetahuan dan pengalaman beliau di bidang engineering di tingkat global tentunya akan memberikan banyak inspirasi dalam menyempurnakan sistem pendidikan engineering di Sampoerna University,” tutur Dr Wahdi.
Melalui metode STEAM yang diterapkan oleh kedua universitas, diharapkan akan lahir generasi insinyur yang mampu menjadi pemimpin dan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat global, serta punya jiwa wirausaha. Tak kalah penting, mahir berkomunikasi agar inovasi yang mereka hasilkan dapat menjangkau banyak orang dan memberikan dampak maksimal terhadap lingkungan mereka.
Sebagai contoh, pada tahun terakhir studi, para mahasiswa ditantang untuk mengerjakan sebuah proyek nyata bernama Capstone Design. Konsep yang dikembangkan oleh LSU sejak lebih dari 30 tahun itu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan masalah nyata di tengah lingkungan mereka, memformulasikan solusinya, dan mempresentasikan di depan panel ahli yang terdiri dari para praktisi engineering. “Proyek yang dilakukan dalam bentuk kerja kelompok tersebut merupakan salah satu pra-syarat kelulusan yang melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis dalam memandang atau memecahkan masalah, serta mengomunikasikan solusi mereka sebaik mungkin,” terang Dr. Dimitris.
Selain dukungan dalam bentuk sistem edukasi, LSU juga memberikan dukungan teknis dalam bentuk fasilitas pembelajaran. Sampoerna University saat ini tengah membangun sebuah laboratoriumengineering berstandar internasional yang dilengkapi dengan fasilitas mutakhir untuk membantu mahasiswa dalam berinovasi. Laboratorium ini merupakan replika dari laboratorium engineering di LSU, yang diharapkan dapat memenuhi standar kualifikasi sertifikasi ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology). ABET adalah akreditasi yang diberikan kepada program pendidikan tinggi berkualitas di bidang sains terapan, komputer, engineering dan engineering technology. Sampai saat ini baru ada 700 kampus di seluruh dunia yang mendapatkan akreditasi ABET.