TCash pertama kali diperkenalkan ke konsumen sebagai brandelectronic money pada2007 atau sekitar 11 tahun lalu di mana produk e-money masih awam di kalangan konsumen Indonesia. Jadi tantangan terbesar dalam penetrasi TCash saat itu adalah bagaimana mengomunikasikannya supaya TCash bisa diterima, dipercaya, dan digunakan user dengan aman, nyaman, dan mudah.
TCash ketika itu bisa dikatakan merupakan kategori produk baru sehingga perlu diperkenalkan kepada konsumen dari nol. Dan ini tidak mudah. Maka tak heran selama enam tahun pertama kehadirannya, TCash kurang berkembang signifikan. “TCash ketika itu muncul sebagai alat pembayaran elektronik tapi tanpa physical aspect yang bisa 'dipegang' oleh pelanggan. Itu kelemahan TCash saat itu,” ungkap Puput Hidayat, Head of TCash Lifestyle Marketing & Customer Engagement TCash yang kini brand-nya berusaha “dilepaskan” asosiasinya dengan Telkomsel, brand induknya, lewat PT Trimar Music Indonesia.
Seiring dengan perkembangan pasar, dan makin banyaknya kompetitor yang masuk ke bisnis e-money dan paymentgateway, TCash pun diperkenalkan kembali sebagai TCash Tap pada 2015. TCash Tap dilengkapi dengan stiker TCash yang didukung teknologi near-field communication (NFC) dan bisa ditempel di ponsel. Saat itulah, konsumen menjadi semakin tahu dan familiar dengan produk TCash (awareness TCash meningkat). Konsumen menjadi lebih tahu TCash itu apa, bisa dipakai untuk apa saja, di mana saja, dan apa saja merchant atau partner-nya.
“Respon masyarakat juga sangat positif, animo mereka tinggi,” kata Puput. TCash Tap, lanjutnya, seakan menjadi 'pegangan' bagi pelanggan dan berhasil meyakinkan bahwa uang mereka aman, ada dalam genggaman. “Makanya kemudian ada PIN (Personal Identity Number). Jadi bukan sesuatu yang unik lagi buat pelanggan, karena penggunaannya seperti pakai kartu debit. Dan saat itu TCash mulai menjadi trusted payment brand yang convinient untuk semua orang,” terang Puput.
Diakuinya, target awal peluncuran TCash sejatinya hanya untuk mendukung gaya hidup digital. “Untuk menunjukkan bahwa lifestyle masyarakat Indonesia saat ini sudah digital savvy. Saat ini, total pengguna TCash ada lebih dari 25 juta yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Sebanyak 20%-30% nya adalah pengguna aktif, dan secara keseluruhan pengguna TCash jelas adalah digital savvy user.”
TCash pun lebih memfokuskan strategi komunikasinya lewat digital media dibandingkan traditional media. Misalnya, untuk day to dayinteractivity dan engagement dengan user, sebagian besar menggunakan social media dan broadcast di kanal YouTube. “Kami melihat bahwa media behaviour user TCash itu mostly di digital media. Semuanya sudah serba digital, dan ini match dengan target market TCash. Untuk itu strategi dan program kami juga menyesuaikan dengan karakteristik target market. Bagi technology company seperti kami, it is more effective dan efficient,” jelas Puput.
Awal 2018, TCash menggelar program “Menang Banyak”. Fokus program ini adalah mendorong penggunaan aplikasi TCash Wallet. Program 'Menang Banyak' menghadirkan promo pembelian pulsa melalui TCash Wallet, di mana user akan mendapat cashback 30% dan 50% untuk user baru. Program ini terbilang sukses karena mendapat animo dan respon positif dari masyarakat.
Untuk mengomunikasikan program tersebut, TCash menggunakan media sosial YouTubedengan membuat ad series yang ditonton hingga sekitar 6 juta view. Di social media ini, TCash juga aktif memperkenalkan layanan-nya, seperti bagaimana cara mengunduh TCash Wallet, bagaimana eksekusi transaksi, dan sebagainya. Dari program ini, sekarang total ada 8 juta user yang sudah mengunduh aplikasi TCash Wallet.
Selain program “Menang Banyak”, Juli 2018 lalu TCash juga meluncurkan 'TCash Semua Bisa', di mana TCash secara resmi bisa digunakan di seluruh operator tanpa terkecuali. Sementara, baru-baru ini TCash juga menghadirkan program loyalti terbarunya bersama Telkomsel, yaitu 'POIN Jajan TCash'. Program ini memungkinkan pelanggan untuk menukarkan Telkomsel POIN menjadi saldo bonus TCash melalui aplikasi MyTelkomsel.
Jumlah merchant TCash juga terus meningkat. Tahun lalu closing belasan ribu, sekarang sudah lebih dari 50 ribu merchant, dan target sampai akhir tahun ini 80 ribu merchant. Total transaksi yang tadinya rata-rata Rp60 juta per-tahun, sekarang rata-rata Rp10 juta per bulan. Lalu, layanan cash in cash out point juga semakin luas, sudah bisa di Alfamart, Indomart, Family Mart, dan Circle K.
“Ke depan, target kami adalah TCash menjadi satu kesatuan untuk semua orang, bukan cuma untuk pengguna Telkomsel tapi semua operator tanpa terkecuali. Untuk itu, komunikasi kami fokus bahwa “TCash Semua Bisa” dan “TCash untuk Semua.” Sehingga konsumen semakin tahu layanan dan manfaat TCash. Dengan begitu, mimpi kami untuk jadi bagian tak terpisahkan dari non-cash payment di Indonesia, terjadi,” pungkas Puput menutup.