Jumlah universitas yang kini mencapai 4.000-an di Indonesia, tentu saja membuat persaingan di industri Perguruan Tinggi makin ketat. Belum lagi, adanya wacana Pemerintah mengizinkan beroperasinya kampus asing di Indonesia, tentu hal ini kian menuntut kampus-kampus lokal untuk memiliki reputasi sekaligus image yang kuat. Karena bagaimana pun reputasi menjadi salah satu pertimbangan calon mahasiswa atau orangtua dalam memilih universitas.
Bagaimana dengan Universitas Budi Luhur (UBL)? Menurut Sunten Z. Manurung, Direktur Promosi dan Kerja Sama Universitas Budi Luhur, kampusnya mengedepankan positioning “Cerdas Berbudi Luhur”. Positioning tersebut diwujudkan dalam setiap kegiatan maupun proses perkuliahan. “Misalnya, kami selalu mengedukasi para mahasiswa untuk menjadi insan yang cerdas sekaligus memiliki budi yang luhur. Oleh karena itu, kami memiliki mata kuliah pokok Wawasan Berbudi Luhur,” ujarnya
Selain positioning yang kuat, UBL juga melakukan kerja sama dengan sejumlah kampus di dalam maupun luar negeri untuk membangun reputasinya. Ia menyebutkan ada sejumlah Perguruan Tinggi Negeri yang sudah diajak kerja sama dengan UBL, di antaranya dengan ITS (Institut Teknologi Surabaya) lewat program produksi kendaraan listrik Blits yang akan digunakan pada Dakar Rally 2019.
Selain itu, UBL juga bekerja sama dengan kampus-kampus di luar negeri seperti dengan kampus di Jepang (Meiji University), Belanda, Jerman, Hanoi, Taiwan, dan Australia. “Bentuk kerja samanya berupa pertukaran mahasiwa, dosen, penelitian bersama, akselerasi kurikulum, hingga transfer sains dan teknologi,” papar Sunten yang juga mantan Duta Besar Argentina.
Sebagai kampus swasta, menurut Sunten, UBL harus secara berkelanjutan menggelar upaya branding. Untuk itu, ada berbagai cara yang telah dilakukan UBL, yakni dengan langsung berpromosi ke sekolah-sekolah dalam format roadshow. “Roadshow ini kami lakukan di kawasan Jakarta Selatan, Tangerang, dan Tangerang Selatan. Lokasi itu menjadi prioritas, karena mahasiswa UBL 50% atau lebih berasal dari kawasan itu,” Sunten menegaskan.
Aktivasi branding lainnya dari UBL adalah menggelar program yang mengundang anak-anak SMA calon mahasiswa, di antaranya lewat program “Student Talent Show.” Pada kesempatan itu, tak hanya adu bakat, UBL juga menghadirkan kampus expo, games, hingga bazaar. “Pada program Student Talent Show, kami mengundang para siswa secara regular untuk datang ke kampus UBL,” ucap Sunten sambil menyebutkan bahwa pada April 2018 ini UBL menyelenggaraan Student Talent Show yang ke-4.
Upaya branding lainnya yang dilakukan UBL adalah memanfaatkan kanal konvensional, seperti iklan di TV, media cetak, hingga banner. “Untuk menyasar segmen pelajar millennial, tentu saja kami juga memanfaatkan media sosial guna mem-branding UBL,” lanjut Sunten.
Menurut dia, mahasiswa UBL yang berprestasi di tingkat nasional dan mancanegara juga menjadi salah satu langkah yang bisa memperkuat reputasi UBL. Pada 2017 lalu misalnya, mahasiswa UBL meraih prestasi di ajang Sea Games untuk kategori Futsal Putri, Juara 2 Kontes Robot, dan Juara 1 Animasi.
Masih belum cukup, branding UBL juga dilakukan kepada orangtua calon mahasiwa. Menurut Sunten, UBL mengedukasi orangtua calon mahasiswa lewat program “Faculty Meet Parent.” Biasanya kegiatan tersebut dihelat di kampus UBL agar orangtua dapat melihat langsung kehidupan perkuliahan di UBL. “Kami juga dapat menggelar program tersebut di sekolah jika kami mendapat undangan dari pihak sekolah,” terangnya.
Branding dilakukan UBL juga lewat pendekatan Public Relations (PR) dan program Corporate Social Responsibility (CSR). Sunten menceritakan bahwa UBL memiliki program CSR “Beasiswa Nusantara” yang diberikan kepada para pelajar di Nusantara yang kurang mampu namun berprestasi. “Program Beasiswa ini dimulai pada 2003-2004 dan ditujukan untuk para siswa dari Sabang sampai Merauke. Kami juga memberikan beasiswa S2 kepada media,” tutup Sunten yang menyebutkan di usianya yang ke-39, saat ini UBL memiliki mahasiswa aktif sebesar 14 ribu.
