Mobile Marketing Outlook 2015: SDM dan Ekosistem Mobile Marketing di Indonesia Belum Mature

Statistik menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Digital Nation. Efeknya, mau tak mau, seluruh brand dari berbagai industri memanfaatkan digital sebagai bagian dari strategi marketing mereka.

FGD mobile marketing yang digelar MIX MarComm FGD Mobile Marketing Outlook 2015 yang digelar MIX MarComm (20/11)

Oleh Karena itu, Majalah MIX Marketing Communications (MIX MarComm) merasa perlu untuk menghadirkan Focus Group Discussion (FGD) guna membahas Digital Marketing Outlook 2015. FGD perdana yang digelar MIX MarComm itu rencananya akan menajdi agenda tahunan MIX bersama para praktisi Mobile Marketing , guna membesarkan industri mobile marketing di Tanah Air.

Pada kesempatan itu, MIX mengundang para praktisi mobile marketing di Indonesia, baik dari pihak brand owner maupun agensi. Mereka adalah Nanda Evens, COO XM Gravity; Joseph Lumban Gaol, CEO m-Star; Nirmala dari Mindshare; Andi S. Boediman, Founder Ideosource, Venture Capital for Digital Business; Herwinto Chandra Sutantyo, Head of M-Advertising Digital Services; Majin, CEO Bounce; dan Ferry Darmansyah, Head of Business Development Bounce.

Bersama tim redaksi Majalah MIX MarComm, seperti Pemimpin Redaksi MIX Kemal E. Gani dan Redaktur MIX Lis Hendriani, mereka mengupas apa yang bakal terjadi pada industry mobile marketing ke depan. Termasuk, menghimpun berbagai strategi membesarkan industri mobile marketing di Indonesia.

Setidaknya, ada beberapa catatan penting dari FGD tersebut. Pertama, Sumber Daya Manusia (SDM) lokal yang bergerak di industri moble marketing masih “karbitan” dan belum mature, alias belum punya jam terbang yang tinggi di dunia mobile marketing. Akibatnya, turn over SDM mobile marketing di perusahaan sangat tinggi. Salah satu agensi multinasional yang bergerak di layanan mobile marketing misalnya, turn over-nya sanggup menembus 60%. Memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, SDM lokal yang karbitan itu akan keteteran dengan SDM dari negeri tetangga—seperti Filipina dan India.

Kedua, ekosistem digital marketing di Indonesia belum mature, sementara konsumen mobile marketing di Indonesia sudah memasuki masa mature. Hal itu terbukti dari tingginya tingkat konsumsi mobile pada konsumen di Indonesia, termasuk sangat tingginya penetrasi ponsel di Indonesia.

Ketiga, tahun depan, pengelola brand sudah mulai bergeser untuk spending bujet marketing mereka. Yakni, dari TV centric menuju digital centric. Artinya, jika tahun ini pengelola brand cukup punya digital—minimal memiliki website, maka tahun depan pengelola brand sudah menjadikan mobile marketing sebagai prioritas.

Keempat, sampai saat ini, belanja mobile marketing di Indonesia masih dikuasai oleh Facebook dan Google, 50-60%. Peringkat kedua ditempati oleh pemain lokal—antara lain seperti Kaskus, Detik, Kompas.com, dan sebagainya—yang mencapai 30-40%.

Kelima, ada tiga komponen yang bakal menjadi market potential di mobile marketing Indonesia, yakni brand, e-commerce, dan UMKM (Usaha Mikro, Kecl, Menengah) yang spending-nya mencapai US$ 200-250 per bulan.

Penasaran dengan pemaparan Digital Marketing Outlook 2015? Simak pembahasan lebih mendalamnya pada Majalah MIX MarComm edisi Januari 2015. Ikuti pula sharing session sekaligus malam penghargaan Digital Marketing Award yang segera digelar MIX.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)