Menggunakan Facebook, Twitter, dan Youtube sebagai tools kampanye pemasaran merupakan langkah yang umum dilakukan para pemasar. Selain memiliki basis massa (pengguna) yang sangat banyak, ketiganya juga menyajikan fitur yang mampu menciptakan engagement antara brand dan penggunanya. Belakangan, Instagram mulai menyusul Facebook, Twitter, maupun Youtube, yakni menjadi salah satu tools yang tengah bersinar dan mulai digunakan banyak para pemasar.
Ternyata, saat ini tak hanya Instagram yang tengah digandrungi oleh publik di dunia maya. Snapchat, yang notabene tengah booming di segmen anak muda urban seperti Gen Y dan Gen Z, juga tengah happening. Meski pengguna Snapchat di Indonesia belum sebanyak di Amerika, namun di kalangan anak muda urban, Snapchat tengah menjadi perbincangan hangat.
Lantas, perlukah pemasar melirik Snapchat sebagai salah satu alternatif tools kampanye pemasaran? Merujuk data yang dirilis NewsCred Quantitative Study, jumlah pengguna Snapchat saat ini sudah mencapai lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap harinya. Ada 8.796 foto setiap harinya yang di-share setiap detiknya di Snapchat. Sementara itu, 6 miliar video ditonton secara kolektif oleh para pengguna Snapchat setiap harinya.
Para pengguna Snapchat tergolong sekelompok orang yang berdedikasi. Terbukti, ketika responden ditanyakan tentang seberapa sering orang menggunakan Snapchat, ternyata 54% menggunakan Snapcaht setiap harinya, 32% menggunakan 2-5 kali Snapchat dalam seminggu, 4% menggunakannya sebulan sekali, dan 9% yang tidak menggunakan Snapchat.
Sayangnya, meski pengguna Snapchat tumbuh subur, melalui studi tersebut dijumpai bahwa 87% responden tidak pernah membeli brand atau produk yang beriklan di Snapchat. Sementara itu, ada 11% responden yang mengaku jarang membeli setelah melihat iklan di Snapchat dan hanya 2% responden yang mengaku kadang-kadang membeli setelah melihat iklan di Snapchat. (Sumber: adweek.com)