Menurut laporan terbaru dari Advisory, perusahaan riset dan konsultan Media Partners Asia, seperti yang dikutip dari www.livemint.com, pendapatan iklan di Asia Pasifik akan tumbuh 5,8% pada tahun 2016. Adalah India dan China menjadi dua negara yang paling cepat pertumbuhan belanja iklannya di kawasan Asia Pasifik, yakni masing-masing meningkat lebih dari 10% dan 8%.
Yang menarik, share media digital di pasar advertising diproyeksikan akan menyalip televisi pada tahun 2017 nanti. Ya, iklan di media digital diprediksi akan meningkat 44,2% pada tahun 2020. Sementara, pada tahun 2015, belanja iklan di kawasan Asia Pasifik untuk media digital tumbuh sebesar 30,7%. Kontribusi terbesar dari pertumbuhan itu datang dari Australia, China, Korea, Jepang, dan Taiwan.
Masih menurut laporan tersebut, di Australa dan China, iklan konvensional seperti televisi akan mengalami tren penurunan. Lantaran, di kedua negara itu belanja iklan dialihkan ke media digital. Sementara itu, di India, Jepang, dan Korea, televisi masih akan terus menempati spending terbesar hingga tahun 2020.
Laporan Media Partners Asia memperkirakan bahwa selama lima tahun ke depan, pasar yang akan paling cepat berkembang di Asia-Pasifik adalah India di 10,7%, China 8,4%, dan Indonesia 8,2%. China diperkirakan akan menempati posisi sebagai pasar iklan terbesar di kawasan Asia Pasifik, setelah pernah disalip Jepang pada tahun 2012. Pada tahun 2020, pendapatan iklan bersih China akan mencapai total lebih dari $ 85 miliar. Selanjutnya, Jepang akan tetap menjadi pasar iklan terbesar kedua di kawasan Asia Pasifik. Kemudian, diikuti oleh Australia, India, Korea, dan Indonesia.
Pada tahun ini, 2015, pendapatan iklan bersih di Asia-Pasifik tumbuh sebesar 5,3%. Itu merupakan tingkat pertumbuhan paling lambat sejak tahun 2009. Namun, India menjadi negara yang tumbuh paling cepat belanja iklannya, yakni mencapai 10,8%. Selanjutnya, diikuti China yang mampu tumbuh sebesar 8,5%. Pertumbuhan belanja iklan juga terjadi di Indonesia, hanya saja pertumbuhannya melambat. Begitu juga di Singapura, Malaysia, dan Hong Kong.
Secara keseluruhan, belanja iklan di Asia Tenggara hanya sanggup tumbuh 1,5% pada tahun 2015. Para pengiklan multinasional yang selama ini jor-joran beriklan, di tahun ini memang memilih untuk melakukan strategi pengetatan belanja iklan. Bahkan, brand-brand lokal juga telrihat menahan diri untuk beriklan.
Menurut laporan Media Partners Asia, share iklan televisi di Asia Tenggara apdatahun 2015 ini masih mencapai 54,0%. Namun, pada tahun 2020, share iklan televisi akan mencapai 54,9%. Hal itu didorong oleh peluncuran Digital Terrestrial TV (DTT) di Filipina dan Thailand, serta permintaan free-to-air TV di seluruh Indonesia.
Sayangnya, di kawasan Asia Pasifik, Media Partners Asia memproyeksikan bahwa pangsa TV dari total belanja iklan akan menurun dari 36,5% di tahun 2015 menjadi 30,7% pada tahun 2020.