Tak hanya perilaku konsumen yang berubah, namun sesungguhnya digital juga ikut bertransformasi. Transformasi itulah yang wajib dicermati oleh para pemasar, termasuk para pemasar di Indonesia. Mengapa? Lantaran, secara global, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang mempunyai pengguna aktif terbesar di social media.
Di perhelatan “Social Media Week Jakarta 2017” yang digelar pada 11-15 September 2017, Reynold D'Silva, APAC Head of Marketing, Brands & E-Commerce Facebook, memaparkan bahwa saat ini ada 2 miliar pengguna aktif Facebook per bulan di global. Sementara itu, pengguna aktif Whats App mencapai 1,2 miliar, FB messenger mencapai 1,2 miliar, dan Instagram menyentuh 700 juta pengguna.
Bagaiman dengan Indonesia? Diterangkan Reynold, Indonesia terhitung negara yang sangat aktif menggunakan Facebook. Terbukti, dari 261 juta penduduk Indonesia, saat ini ada 115 juta pengguna yang mengakses Facebook tiap bulannya. Sementara itu, ada 65 juta like dari pengguna Facebook di Indonesia tiap harinya dan ada 97% pengguna mengakses Facebook melalui mobile tiap bulannya. Bahkan, 1 dari 2 pengguna tergabung dalam FB Group.
Berangkat dari fakta tersebut, ditegaskan Reynold, orang Indonesia tercatat sebagai The Most Social People di Facebook. Lantaran, para pengguna Indonesia yang posting di Facebook tercatat tiga kali lipat dari rata-rata pengguna di dunia. Bahkan, jumlah komentar yang ditulis oleh pengguna Indonesia 60% lebih tinggi dibandingkan rata-rata di global. Bahkan, pengguna Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia untuk jumlah teman yang dimiliki.
Hal serupa terjadi juga di Instagram. Reynold menambahkan bahwa ada 45 juta pengguna aktif di Indonesia yang mengakses Instagram tiap bulannya. Dan, dalam memproduksi cerita di Instagram, orang Indonesia tecatat dua kali lebih tinggi dibandingkan global.
Oleh karena itu, ada tiga tren komunikasi yang akan berkembang ke depannya. TREN PERTAMA yang terjadi saat ini tidak lagi bicara melulu soal social media, tetapi social media yang bertransformasi menjadi mass media (From Social Media to Mass Media). Lantaran, daya jangkau social media seperti Facebook misalnya, sudah mendekati daya jangkau TV.
Ia pun mencoba membandingkan kebiasaan orang Indonesia dalam mengkonsumsi TV. Saat ini, ada 75% pengguna Facebook di Indonesia yang tercatat sebagai non heavy viewer TV. Jika dirinci dari tingkat konsumsi TV, maka hanya 25% pengguna yang tergolong heavy TV viewer. Sedangkan 37% tercatat sebagai medium TV viewer dan 38% yang tercat sebagai light atau no TV viewer.
“Meski daya jangkau social media sudah tinggi dan dampaknya terhadap kinerja brand juga siginfikan, bukan berarti pemasar sama sekali harus menihilkan media konvensional seperti TV. Social media dapat melengkapi media konvensional untuk dimanfaatkan secara terintegrasi sebagai strategi komunikasi sebuah brand,” katanya.
Reynold pun mengingatkan kepada para pemasar bahwa fans yang berhasil dihimpun di social media tidak dapat menumbuhkan brand. Begitu juga dengan likes dan clicks, tidak mampu mendorong kenaikan kinerja bisnis dari brand.
Untuk itu, ia pun menyarankan agar pemasar mulai mengubah sudut pandang mereka tentang kampanye di social media yang merupakan bagian dari strategi marketing komunikasi sebuah brand. Misalnya, pemasar tidak boleh lagi terpaku pada seberapa besar fans yang bisa mereka dapatkan di social media, melainkan yang harus mereka pikirkan adalah bagaimana mereka dapat menjangkau konsumen masa depan.
Pemasar juga tidak boleh hanya tertumpu pada bagaimana mereka mendaptkan like, komentar, dan share yang banyak. Dianjurkan Reynold, saat ini pemasar sudah harus memikirkan bagaimana mereka memperoleh awareness, recall, dan purchase intent dari sebuah kampanye komunikasi di social media. “Selain itu, pemasar tidak boleh lagi hanya tertumpu pada strategi apa yang terbaik untuk digelar di social media. Mereka sudah harus berpikir tentang format iklan apa yang tepat untuk mobile mass media. Mengingat, kecenderungan konsumen saat ini yang mengkonsumsi media lewat mobile, dibandingkan PC atau platform lainnya,” terangnya.
Masih pada sesi pemaparannya bertajuk “The Future of...