Saat ini, Asia tercatat sebagai pasar yang sangat potensial. Mengapa? Lantaran, lebih dari setengah penduduk di dunia berada di Asia. Tepatnya, ada 4,47 miliar penduduk dunia bermukim di Asia. Apalagi, tiga negara dengan penduduk sangat besar—dalam hal ini India, China, dan Indonesia—berada di kawasan Asia. Bahkan, 58% generasi millennial global berasal dari Asia.
Seksinya pasar Asia juga ditunjukkan oleh tingginya kontribusi Asia terhadap pertumbuhan belanja iklan di global. Merujuk data Zenith 2017, pertumbuhan belanja iklan di fast-track Asia pada 2016-2017 tercatat yang paling tinggi dibandingkan kawasan lainnya, yakni mencapai 8,5%. Fakta tersebut juga diikuti oleh massifnya pertumbuhan digital di wilayah Asia-Pasifik. We Are Social menyebutkan bahwa penetrasi pengguna internet di wilayah Asia-Pasifik mencapai 46% atau 1,6 miliar pengguna. Itu artinya, telah bertumbuh 15% dibandingkan dengan Januari 2016.
Demikian dipaparkan Maya Watono, Kepala Hubungan Internasional Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) yang juga CEO Dwi Sapta Group-A Dentsu Aegis Network Company, di sela-sela press conference “AdAsia 2017” yang akan berlangsung di Bali pada 8-10 November 2017 mendatang. Pada kesempatan itu, ia menjelaskan bahwa sudah saatnya Indonesia membesarkan industri marketing dan komunikasi yang ada di Tanah Air. Salah satunya, dengan menjadi tuan rumah di event berskala Asia, seperti AdAsia.
“Indonesia adalah salah satu negara Asia yang paling berpotensi dengan perkembangan industri iklan terbesar di Asia. Indonesia memiliki 8.000 brand yang aktif di pasar dan 400 perusahaan di bidang periklanan, dengan sekitar Rp 120 triliun uang yang beredar di industri setiap tahunnya,” terang Maya.
Oleh karena itu, setelah dua puluh dua tahun tak berpartisipasi dalam penyelenggaraan AdAsia, PPPI memutuskan untuk ikut bidding guna menjadi tuan rumah penyelenggaraan AdAsia 2017. Dan, usai melalui proses bidding, Indonesia pun terpilih sebagai tuan rumah AdAsia ke-30, yang merupakan Kongres Periklanan terbesar di Asia yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali oleh AFAA (Asian Federation of Advertising Associations) yang terdiri dari 16 negara anggota.
“Sebelumnya, tahun 1995, Indonesia sukses menjadi tuan rumah AdAsia. Bahkan, penyelenggaraan di Indonesia dinilai yang terbaik sepanjang perhelatan AdAsia. Kami berharap, tahun ini AdAsia di Bali juga menjadi yang terbaik,” harap Maya.
Demi mencapai harapan tersebut, sejumlah added value ditawarkan tim penyelenggara AdAsia 2017. Mulai dari kehadiaran para pembicara pakar yang menjadi magnit utama bagi peserta untuk menghadiri AdAsia 2017, membangun jejaring yang mampu berujung pada pengembangan bisnis ke pasar mancanegara, hingga paket destinasi wisata di Bali.
Ditambahkan Janoe Arijanto, Head of Program AdAsia 2017, dengan mengusung tema “Globalizasian–Advancing New Possibilities”, kongres ini menjadi acara yang tepat untuk mempelajari trend terbaru di industri periklanan dan menyorot berbagai studi kasus pemasaran serta periklanan di wilayah Asia Pasifik.
Lebih dari 30 pembicara kelas dunia akan dihadirkan di AdAsia 2017. Janoe mencontohkan, ada Guy Kawasaki, brand evangelist of Canva & former brand evangelist of Apple, yang akan bicara tentang The Art of Innovation. Ada juga David Coulthard, F1 Grand Prix Winner yang akan membahas tentang bagaimana Red Bull dan F1 menciptakan konten bisnis terkait sport marketing.
Selanjutnya, ada Martin Lindstrom, penulis buku best seller “Buyology” serta “Small Data”. Lalu, ada juga Charles Adler, Co-Founder of Kickstarter.com yang akan bicara tentang Crowd Funding, Piotr Jakubowski selaku CMO Go-Jek Indonesia yang akan bicara kisah sukses Go-Jek di Tanah Air, dan Shelina Janmohamed selaku Vice President of Ogilvy Noor, yang akan mengupas seksinya segmen muslim di Asia.
“Bahkan, Kofi Annan, mantan Sekretaris Jendral PBB dan penerima penghargaan Nobel Perdamaian Dunia, juga akan hadir sebagai Keynote Speaker dengan mengusung topik ‘Positive Change’, antara lain bagaimana bisnis dapat menjadi bagian penting dalam sebuah perubahan positif,” urai Janoe.
Melalui AdAsia, diyakini Maya, Indonesia juga dapat mempromosikan berbagai destinasinya ke dunia internasional, termasuk kemajuan besar dalam industri periklanan di tanah air. “Acara ini merupakan ajang showcase untuk Indonesia, baik dari sisi destinasi maupun bisnis. Untuk itu, kami menargetkan AdAsia dapat dihadiri oleh ribuan peserta dari sekitar 16 negara. Saat ini, sudah ada 600 peserta lokal dan 400 peserta dari berbagai negara di dunia,” lanjut Maya.
Tak hanya itu, penyelenggara juga melengkapinya dengan aplikasi mobile, AdAsia Bali 2017, yang dapat di-download secara gratis. Melalui aplikasi mobile yang dikemas dalam bentuk social forum itu, ditambahkan Maya, para peserta dapat mengajukan pertanyaan selama konferensi berlangsung, melakukan chat dengan sesama peserta, hingga mengetahui informasi seputar para pembicara dan agenda AdAsia 2017.
Lantas, isu-isu marketing dan komunikasi terkini apa saja yang akan dibahas di AdAsia 2017? Simak liputan langsung MIX Online dari Bali pada 8-10 November mendatang.