Tidak mudah membuat kampanye viral di tengah pandemi Covid-19, dimana setiap merek massif menggelar kampanye di media digital. Hal inilah yang dirasakan PT Bintang Toedjoe, untuk salah satu mereknya, Bejo.
"Jika dulu cukup dengan 4P (Product, Price, Promotion, Place), sekarang strategi itu sudah tidak cukup. Tren marketing telah bergeser, karena kondisi dan perilaku masyarakat berubah," ungkap Simon Jonatan, President Director PT Bintang Toedjoe, pada program IG LIVE 'BRAND STORY' VOL. #3 yang digelar Majalah MIX, pada setiap Selasa (30 Juni 2020), Pukul 16.00.
Oleh karena itu, Bintang Toedjoe memanfaatkan strategi 5S (Soft Sell, Social Movement, Social Trend, Social Solution, dan Social Media) sebagai upaya membangun kampanye viral dari produk masuk angin Bejo.
"Setelah Bejo Jahe Merah dikampanyekan pada Februari 2020 dan direspon sangat positif oleh pasar, Maret 2020, kami menggandeng influencer Ucup Klaten dan Mbah Minto yang memang memiliki konten yang sesuai dengan target market Bejo. Ada anak dan ibu, ada kota dan desa," lanjut Simon, yang baru saja menerima penghargaan Best CEO 2019 dari Majalah Swa.
Hasilnya, kampanye Bejo "Mbah Minto" pun berhasil viral. Bahkan, penjualan Bejo Jahe Merah pun naik berlipat-lipat. Istimewanya, jika selama ini jamu atau herbal hanya dikonsumsi oleh orang Jawa, sejak kampanye ini viral, permintaan Bejo Jahe Merah juga banyak datang dari market Indonesia Timur.
"Ini semua karena strategi 5S dan upaya kami memanfaatkan momentum. Strategi ini juga yang kami gunakan untuk merek-merek Bintang Toedjoe lainnya, seperti pada peluncuran Susu Jahe Merah dan Joss C1000," jelas Simon.
Bagiamana sebenarnya strategi 5S yang berhasil membuat kampanye Bejo Jahe Merah viral dan penjualannya naik berlipat-lipat? Saksikan tayangan lengkap obrolan BRAND STORY Vol. #3 Majalah MIX dengan Simon Jonatan pada dua link IG TV di bawah ini.
https://www.instagram.com/tv/CCDbnRRFj5F/?igshid=1u6ves7wpwln
https://www.instagram.com/tv/CCDeXvflsmC/?igshid=2m8ztoku3g3i
