Di tengah pesatnya perkembangan digital marketing, harus diakui bahwa trust merupakan salah satu isu yang santer terdengar. Tingginya penetrasi smartphone membuat semakin banyak konsumen yang memutuskan untuk percaya atau tidak kepada suatu brand berdasarkan interaksi via mobile. Selain itu, para konsumen juga semakin peduli dan ingin tahu, bagaimana brand menggunakan data-data pribadi mereka, termasuk di antaranya nomor telepon. Argumen ini diperkuat oleh temuan dalam artikel Nadya Ahmed sebagaimana dilansir oleh situs www.business2community.com, yakni 91 persen konsumen di Inggris menyatakan bahwa mereka sangat peduli tentang bagaimana perusahaan menggunakan data mereka.
Menurut data yang dirilis pada bulan Juni 2015, sebanyak 20 persen konsumen di Inggris menerima 4 hingga 5 pesan marketing yang tidak relevan setiap harinya. Temuan ini mengindikasikan bahwa perusahaan melakukan untargeted atau irelevan komunikasi marketing. Potensi dampak yang dihasilkan oleh hilangnya trust akibat hal tersebut juga cukup besar, yakni konsumen memutuskan untuk unsuscribe channel perusahaan (60%), mengacuhkan pesan-pesan yang dikirim oleh perusahaan di masa yang akan datang (45%), akan semakin jarang mengunjungi website perusahaan (24%) serta menolak menggunakan brand itu lagi (15 %).
Lantas, mengapa isu trust ini begitu penting? Menurut Marketing Tech, hanya 45 persen konsumen menyatakan bahwa menerima pesan dari brand merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi mereka. Agar para konsumen Anda dapat merasa bahwa pesan marketing yang mereka terima bermanfaat, Anda harus mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan dari para konsumen atau target audiens. Lakukanlah analisa mengenai gambaran demografis dari data serta kelompok konsumen Anda. Satu hal yang perlu diingat, smartphone membuat semua hal menjadi lebih personal. Strategi mengirimkan SMS promosi hanya akan sukses ketika Anda berhasil menawarkan sesuatu yang mereka inginkan, butuhkan, atau dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
