Jumlah orang Indonesia yang memiliki akses perbankan atau mempunyai rekening di bank ternyata masih tercatat rendah. Hanya 50 juta orang atau 20% saja yang sudah memiliki akses perbankan. Angka tersebut masih di bawah China yang mencapai 64% dan India yang mencapai 35% penduduk yang sudah memiliki akses perbankan.
Mirisnya, orang Indonesia yang tidak memiliki akses perbankan rupanya tak hanya dijumpai di daerah rural. Namun, daerah urban atau perkotaan juga masih tinggi angka yang tidak memiliki akses perbankan. Jika di daerah urban masih ada 70 juta orang Indonesia yang belum memiliki akses perbankan, maka di daerah rural angkanya jauh lebih tinggi, yakni menembus 100 juta orang.
Demikian dipaparkan Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Finance & Strategy PT Bank Mandiri Tbk. “Ada sejumlah penyebab yang membuat rendahnya orang Indonesia yang memiliki akses perbankan atau yang belum memiliki rekening di bank. Di antaranya, jumlah kantor cabang di daerah yang masih sedikit, harus ada saldo minimum, dan bunga bank yang rendah,” papar Wirjoatmodjo.
Stigma negatif lainnya yang juga menempel di benak masyarakat di daerah adalah bahwa perbankan milik orang kelas premium. Oleh karena itu, tak sedikit dari mereka yang enggan masuk ke kantor cabang di daerah. Alhasil, desain dan ambiance yang dihadirkan di kantor cabang di daerah juga sangat menentukan ketertarikan calon nasabha di daerah.
Langkah penetrasi pun perlu dilakukan oleh Bank Mandiri, sebagai salah satu bank terbesar di Tanah Air. Menghadirkan layanan digital perbankan adalah salah satu cara Bank Mandiri dalam melakukan penetrasi market, terutama ke berbagai daerah. Mengapa? “Hasil survei menunjukkan bahwa spending terbesar segmen kelas bawah adalah untuk rokok dan pulsa. Bahkan, tingkat penetrasi ponsel di Tanah Air sudah melebih jumlah penduduk di Indonesia. Itu artinya, satu orang bisa memiliki lebih dari satu ponsel,” jawabnya.
Itu sebabnya, layanan digital perbankan Mandiri e-Cash pun diluncurkan. Melalui layanan itu, Bank Mandiri memperkuat layanan perbankan tanpa kantor secara fisik. Artinya, Layanan Keuangan Digital (LKD) melalui Mandiri e-Cash diharapkan dapat meningkatkan akses layanan perbankan ke seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. “Kami berharap setiap layanan tunai pemerintah untuk menyalurkan dana BLT dapat menggunakan Mandiri e-Cash, yakni mereka tidak perlu mempunyai rekening di bank. Cukup dengan menggunakan ponsel, mereka dapat bertransaksi perbankan,” lanjutnya.
Selain itu, Bank Mandiri juga memperkuat jumlah agen LKD di seluruh Indonesia agar akses layanan perbankan yang lebih luas dapat lebih cepat terealisasi. Akhir tahun 2015, Bank Mandiri menargetkan 9.000-an agen dapat tercapai. Langkah itu cukup dimaklumi, mengingat untuk membuat sebuah kantor cabang di daerah dapat memakan biaya hingga Rp 1 miliar. “Mereka yang punya toko apapun dapat menjadi agen LKD Bank Mandiri. Misalnya, toko foto dapat berfungsi ganda dengan menjadi agen Bank Mandiri,” kata Wirjoatmodjo yang optimistis layanan digital perbankan Bank Mandiri dapat menumbuhkan jumlah orang Indonesia yang memiliki akses perbankan.
Selain layanan digital perbankan, Bank Mandiri juga massif menghadirkan layanan mikro di daerah. Antara lain, lewat paket-paket yang menarik untuk calon nasabah di daerah. Contohnya, paket asuransi Rp 10.000 per bulan, yang direspon positif oleh masyarakat daerah. Atau, Produk Tabungan Emas, yang memang digemari oleh orang daerah. Yakni, cukup menyetor Rp 100 ribu per bulan selama delapan bulan, maka nasabah berhak mendapatkan emas seberat 9 gram.