Dari Time Crunch Economy ke Leisure Economy

Bagaimana Perubahan Demografi, Ekonomi, dan Sikap Generasi Membentuk Kembali Kehidupan dan Industri Kita?

Aruman

Martin Anugrah adalah pemilik Cameo Production yang berawal dari Cameo project, nama YouTube channel yang dibentuknya sahabatnya, Andry Ganda. Berdiri sejak tahun 2008, Cameo Project identik dengan parodi. Video fun campaign karya mereka kerap berisikan, plesetan, lelucon, dan otokritik maupun kritik, yang tetap diwarnai semangat penuh canda. Meskipun begitu, bukan berarti mereka tidak serius dalam menggarap setiap karyanya. Salah satu video yang pernah diproduksi Cameo Project adalah tentang pemilihan presiden 2014.

Lulusan STIKOM LSPR Jakarta tahun 2007—ini berarti Martin saat itu masih berusia di bawah 24 tahun -- ini bercerita bahwa di sekolah komunikasi itu, dia bisa kuliah sambil kerja, bahkan memiliki dan mengelola usaha di bidang entertainment dan musik. Bersama 19 karyawannya dan berkantor di Jakarta Selatan, Cameo Production sukses menggarap berbagai video iklan dalam format Youtube. Video iklan berhasil menyedot perhatian jutaan netizen. Selanjutnya pada tahun 2014, kelompok anak muda ini kembali memanfaatkan moment pemilu untuk mengajak anak muda agar tidak golput dalam pemilihan presiden Republik Indonesia.

Kalau melihat ke tiga puluh tahun silam, apakah fenomena Martin bisa ditemui? Untuk menggambarkannya, saya sengaja menulis alinea pendukung judul diatas saya ambil dari judul buku The leisure economy: how changing demographics, economics, and generational attitudes will reshape our lives our and our industries karya Linda Nazareth. Diakui atau tidak, selama tiga dekade terakhir, orang terjebak dalam situasi ekonomi kegentingan waktu (time crunch economy). Ekonomi yang menggambar situasi dimana orang seakan-akan kekurangan waktu. Orang sering dalam situasi keterburu-buruan. Orang yang dikejar-kejar pekerja yang semakin menumpuk dan segera diselesaikan sehingga dua puluh empat sehari sekan masih kurang.

Mereka berangkat bekerja jauh sebelum ayam berkokok, memegang cangkir kopi khusus yang disediakan oleh pabrikan mobil. Para pekerja menggunakan waktu istirahat mereka untuk mengantar anak-anaknya pergi ke pertandingan sepak bola, mengatur waktu untuk mengantar dan menjemput anak-anak pada hari-hari ketika mereka benar-benar tidak ada jadwal kegiatan ekstra di kantornya atau pas jadwal untuk mencuci mobilnya.

Dokter gigi menawarkan janji pukul 7:00 pagi, atau 7:00 malam. Makanan cepat saji, makanan beku, makanan restoran atau makanan kaleng yang untuk mengonsumsinya tidak membutuhkan waktu yang lama. Bahkan kalau ada makanan yang tidak perlu dimasak asal tidak meningkatkan risiko sakit juga dicari. Mereka begitu sibuk dan kesibukan itu sering disampaikan ke orang lain yang seakan tidak percaya dengan kesibukannya itu. “Maaf saya telat datang ke pertmua karena saya harus menghadiri pertemuan lain.” Atau “Maaf hari ini saya sangat sibuk.” Kalimat itu diucapkan dengan tekanan khusus karena seakan orang tidak percaya kalau dia memang sibuk.

Itu gambaran generasi baby boomer, generasi yang lahir paska perang dunia kedua, sebelum tahun 1970an akhir. Mereka adalah generasi yang menjadikan ekonomi menjadi alasan bekerja yang penting, hasil tempaan dan didikan yang keras, sehingga juga menerapkan hal ini dalam hidup mereka, sering membanggakan pengalaman dan pengetahun praktis lapangan yang mereka miliki, disiplin tinggi dan sebagainya. Generasi ini memang dikenal sebagai generasi pekerja keras dan idealis tapi kurang adaptif. Mereka hidup mandiri dan tidak bergantung pada keluarga. Pekerjaan penyiaran (broadcasting), TV dan radio sangat diminati pada masa ini.

Fenomena tersebut menghasilkan beberapa hal yang positif meski tidak semua. Selama beberapa dekade, dunia memiliki mayoritas penduduk yang bekerja — dan bekerja lebih lama lagi. Dalam banyak hal, itu sangat bagus untuk ekonomi. Perekonomian ketergesaan situasi itu juga menggerakkan banyaknya produk yang diperdagangkan, mulai dari pemegang cangkir hingga tiket spa selama tiga jam yang memenuhi kebutuhan konsumen untuk menghilangkan stres (dari semua aktivitas lainnya) dan penggunaan waktu yang efisien (lupa mendapatkan pergi untuk sehari penuh).

Namun, fenomena itu tersebut memberikan banyaknya pilihan yang seringkali membutuhkan waktu lebih banyak untuk memutuskan. Disini misalnya, apakah lebih baik makan di rumah atau makan di luar. Ini menyagut persoalan penilaian nilai, meski harus diakui banyak orang setuju bahwa menghabiskan lebih sedikit waktu di dapur, bisa menjadi hal yang baik.

Sekarang situasinya berubah. Paska 1980 mulai berangsung perubahan besar akibat perkembangan teknologi, khususnya mekanisasi dan otomatisasi kerja. Pekerjaan yang dulu diselesaikan secara manual dalam lima jam, dengan menggunakan mesin bisa diselesaikan dalam tiga jam, nahkan sekarang mungkin bisa diselesaikan dalam satu jam.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)