Tak ingin bernasib sama dengan perusahaan taksi tradisional yang mulai ditinggalkan penumpangnya, atau seperti ponsel Nokia yang terpaksa tutup lantaran tak mampu merespon secara cepat pekembangan teknologi, Asuransi Astra memutuskan untuk bebenah diri. Salah satu pembenahan yang dilakukan Asuransi Astra di tahun ini adalah melancarkan strategi "Going Mobile".
Strategi Going Mobile yang diusung Asuransi Astra di tahun ini cukup dimaklumi. Mengingat, sejumlah layanan asuransi berbasis aplikasi online kini tampak massif merangsek pasar. Sebut saja, Pasarpolis.com, Cekpremi.com, hingga Rajapremi.com.
Dikatakan CEO Asuransi Astra Santosa, "Beradaptasi dengan perubahan teknologi digital bukan lagi pilihan. Sebaliknya, sudah menjadi keharusan. Dengan strategi itu, tahun ini kami fokus pada dua hal utama, branding dan layanan. Dari sisi layanan, tentu kami harus melakukan perbaikan dari sisi people, proses, dan portofolio."
Selain bersiap menjadi perusahaan asuransi yang dinilai paling digital, strategi Going Mobile Asuransi Astra juga untuk makin mendekatkan diri dengan segmen anak muda sebagai pasar masa depan. "Dalam lima tahun ke depan, mereka tentu akan membutuhkan asuransi untuk kendaraan mereka," ujar Santosa, yang menyebutkan bahwa saat ini segmen market Asuransi Astra didominasi oleh para pemilik kendaraan Avanza, Xenia, Agya, dan Ayla yang berusia 30 tahunan.
Langkah pertama yang dilakukan Asuransi Astra untuk Going Mobile adalah meluncurkan open twitter sang CEO dengan akun @snt4online pada April ini. Melalui akun resmi CEO Asuransi Astra itu, ditambahkan Santosa, ia siap berinteraksi langsung dengan masyarakat dan pelanggan. "Sebab, salah satu tugas CEO adalah mendengarkan keluhan dan memastikan keluhan yang sama tidak akan terjadi lagi," ungkap Santosa, yang menyebutkan per 22 April jumlah follower-nya sudah mencapai lebih dari 600.
Langkah kedua adalah me-relaunch tampilan atau desain website resmi www.asuransiastra.com. Termasuk, mengintegrasikannya dengan selurun akun social media Asuransi Astra. "Bahkan, kami memiliki tim digital yang kami rekrut dari anak-anak muda untuk mengelola social media maupun digital Asuransi Astra," lanjutnya.
Ketiga, Asuransi Astra memanfaatkan digital sebagai tools penjualan bagi tim sales. Untuk para mitra atau keagenan Asuransi Astra, kata Santosa, tools yang digunakan adalah gomitra.com. Sementara itu, untuk petugas sales yang ada di cabang, tools yang digunakan adalah Otosales dan Otosurvey--aplikasi internal yang dibuat untuk mempercepat layanan pelanggan. "Dengan tools tersebut, maka kami bisa memantau penjualan dan layanan secara realtime dan terintegrasi," tuturnya.
Keempat, untuk layanan pelanggan, Asuransi Astra meluncurkan aplikasi mobile OtoCare. Menurut Santosa, melalui aplikasi mobile tersebut, pelanggan dapat menggunakan fitur Klaim atau fitur Near Me. "Fitur Near Me misalnya, paling banyak digunakan pelanggan maupun publik untuk mencari tahu rumah sakit, bengkel, atau pom bensin terdekat. Di sana, kami juga menawarkan e-Voucher bagi pelanggan," ia menerangkan.
Kelima, mengganti strategi branding dengan mengintegrasikan sekaligus meningkatkan media placement di digital. "Meski Going Mobile, namun kami tetap menggunakan media tradisional. Hanya saja, porsi digital kami tingkatkan. Artinya, media konvensional, aktivasi digital, on ground activity, hingga event-event di cabang, kami gelar secara terintegrasi. Kami juga menggandeng komunitas sebagai influencer," urainya.
Keenam, Asuransi Astra juga memilih jemput bola dengan membuka gerai layanan Garda Center di sejumlah mall. Melalui gerai Garda Center, pelanggan maupun calon pelanggan dapat memperoleh pengalaman atau experience seputar layanan maupun produk Asuransi Astra. "Sampai saat ini, sudah ada 18 gerai Garda Center yang telah tersebar di seluruh Indonesia. Ke depan, tentu jumlah ini akan terus kami tambah," tandasnya.
Kinerja Asuransi Astra
Di tengah industri asuransi yang kurang bersahabat, diakui Santosa, Asuransi Astra sanggup tumbuh di atas pertumbuhan pasar. Jika akhir tahun 2015 pasar asuransi umum hanya tumbuh 6,7%, maka Asuransi Astra sanggup tumbuh 8,7%. Pada tahun 2015, Asuransi Astra juga berhasil membukukan Premi Bruto sebesar Rp 4,4 triliun, dengan laba bersih Rp 900 miliar.
"Namun, karena pasar otomotif menurun, maka asuransi otomotif di Asuransi Astra stagnan. Sebaliknya, yang tumbuh adalah asuransi komersial dan kesehatan. Oleh karena itu, tahun 2016 ini, kami masih tak mematok pertumbuhan di sektor otomotif, alias stagnan. Sedangkan di sektor komersial dan kesehatan, kami mematok pertumbuhan 5%," patoknya.
1 thought on “Di Balik Strategi “Going Mobile” Asuransi Astra”