Digital Advertising Makin Kencang di Tahun Depan

Lima-enam tahun lalu pemasar Indonesia masih belum mau melirik, bahkan tidak yakin dengan digital advertising. Mereka masih percaya dengan kekuatan media konvensional seperti TV Commercial, print ad, dan radio. Seiring dengan pertumbuhan netizen, tren advertising justru makin bergeser ke arah digital advertising. Tahun 2015, digital advertising pun diprediksi makin kencang.

Penulis: Dwi Wulandari Peliput: Fahmi Anidin dan Shofa Tartilah

Seperti juga Public Relation (PR) yang porsinya akan membesar di Digital PR serta brand activation yang akan mengarah ke Digital Activation, maka tren advertising pada tahun 2015 diprediksi tak bisa lepas dari dunia digital, yakni digital advertising. Dinilai Omar F Shahab, Global Strategy Business Director OZE—agensi advertising lokal, penggunaan digital akan semakin masif di tahun 2015.

digital advertising diprediksi akan semakin kencang di tahun 2015 digital advertising diprediksi akan semakin kencang di tahun 2015

“Hal itu disebabkan banyak pemilik brand sudah melihat peran digital, seperti sosial media, website, dan lainnya, sebagai sebuah channel yang bisa berguna untuk kebutuhan program advertising mereka. Bahkan, peran digital sudah tidak sekedar 'punya'. Kini, pemilik brand juga sudah paham soal konten yang digunakan untuk bisa engage dengan konsumen,” tegas Omar.

Kecenderungan tren advertising ke arah digital sangat dipengaruhi oleh penetrasi gadget (smartphone) di Indonesia. Omar membuktikan, bagaimana setiap orang pasti memiliki gadget dan di setiap gadget mereka pasti terkoneksi dengan portal–portal berita online serta aplikasi social media—mulai dari facebook, twitter, instagram, path, hingga linkedin. Semua itu tentu saja bisa menjadi contact point antara brand dengan target market. Alias, ada peluang bagi para pengiklan atau pemasar untuk menempatkan dan menginformasikan brand mereka di sana.

Fenomena itu, akan sangat berbeda pada lima-enam tahun silam. Amatan Omar, saat itu banyak perusahaan yang khawatir dan menolak digital sebagai bagian dari strategi advertising mereka. “Hal itu wajar, karena banyak perusahaan yang kurang paham akan hal itu,” katanya.

Kini, sudah banyak perusahaan mulai menganggarkan biaya iklannya untuk digital. Budget digital advertising dipastikan akan selalu meningkat tiap tahunnya. Dituturkan Omar, budget tersebut biasanya dianggarkan untuk digital advertising dan digital activation.

Senada dengan Omar, Head of Display Solution Business Samsung Electronics Indonesia Willy Bayu Santosa, mengungkapkan bahwa saat ini pergeseran tren advertising bisa terbaca ke arah digital advertising. “Walau demikian, peran dari media tradisional seperti TVC, print ad, dan lainnya tidak bisa ditinggalkan. Kami menyadari bahwa semakin besarnya penetrasi pasar smartphone, tablet, dan produk digital lainnya turut membawa dampak yang sangat besar ke dalam advertising di masa depan. Kalau diamati secara kasat mata pun terlihat bahwa digital adalah kanal yang akan menjadi salah satu kunci kesuksesan,” jelas Willy.

Diakui Willy, persaingan di industri elektronik sangat ketat. Ketatnya industri tersebut tentu saja harus disiasati dengan inovasi. “Selain produk Samsung yang harus memiliki kualitas baik, peran media komunikasi serta peran digital, terutama sosial media, akan terus dimanfaatkan. Mengingat, kini pertumbuhan netizen atau pengguna internet semakin besar dan bertambah,” tandasnya.

Sebagai pendatang baru di pasar telepon selular (ponsel), merek ponsel asal China, Vivo, juga melihat trend digital advertising akan terjadi di tahun 2015. Dijelaskan Edy Kusuma, Brand Manager Vivo Communications Indonesia, “Tahun 2015, kami akan fokus di digital dan komunitas.”

Kendati digital advertising akan menjadi pilihan marketer di tahun depan, konvensional advertising seperti lewat TVC dan print ad, bahkan hingga flyer, menurut Omar, masih akan banyak ditemui. Terbukti, setelah digital advertising, Vivo berencana akan mengkomunikasikan produknya lewat TVC dan media cetak. “Sejauh ini, kami memang memulainya lewat digital. Namun, ke depan, tak tertutup kemungkinan kami akan memilih TVC, mengingat orang Indonesia masih suka menonton televisi. Bentuknya, mungkin ke arah sponsorship program. Begitu juga dengan media cetak, kemungkinan akan kami manfaatkan di tahun depan,” aku Edy.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)