Jalan-Jalan? Kalau Nggak Belanja ya Cari Makanan

Wisatawan asal Indonesia memiliki preferensi belanja dan sering mencari mal dan toko bermerek untuk memanjakan diri. Mereka sering bepergian ke kota-kota besar dan menikmati landmark terkenal dan tempat-tempat wisata, serta restoran, mal, dan kapal pesiar.

Aruman

Febrian tak pernah menyangka bila hobi jalan-jalannya dan menulis bisa menjadi pekerjaan dan bisnis yang menyenangkan, menghasilkan pendapatan dan membuat orang lain bahagia. Beberapa perusahaan mempercayakan mereknya kepada alumnus Jurusan Komunikasi Massa STIKOM LSPR itu sebagai ambassador. Salah satunya, Lumix, merek kamera digital keluaran Panasonic.

Begitulah kehidupan penyanyi yang kini banting setir menjadi traveling storyteller ini. Febrian jalan-jalan ke banyak negara, mengikuti event undangan tourism board, bertemu dengan travel blogger dunia dan menjadi host pertemuan travel bloger seluruh dunia yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata, serta menampingi mereka keliling Indonesia.

Febrian mungkin tidak sendiri. Masih banyak remaja yang memiliki hobi dan profesi seperti Febrian. Harus diakui bahwa Indonesia adalah negara terpadat ke-4 di dunia, dan termasuk negara dengan potensi ekonomi terbesar di Asia Tenggara, peringkat ke-10 di dunia secara keseluruhan. Dalam decade terakhir, Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih dari 5%. Jumlah rumah tangga berpenghasilan tahun US $ 5 – 15 ribu diperkirakan meningkat dari 36% populasi menjadi lebih dari 58% pada tahun 2020.

Hampir 50% dari 250 juta penduduk Indonesia berada di bawah usia 30, dan diperkirakan bahwa 60 juta pekerja berpenghasilan rendah akan bergabung dengan kelas menengah dalam dekade mendatang. Dampaknya, permintaan konsumen yang sudah berkembang di negara itu diperkirakan meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi yang berkaitan dengan rekreasi dan budaya melonjak ke level 6,5 persen hingga akhir tahun. Angka ini jauh lebih cepat ketimbang pertumbuhan konsumsi masyarakat di dalam komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) yang hanya 4,95 persen di periode yang sama.

Traveller Indonesia adalah mereka yang gemar dan rutin melakukan perjalanan dalam satu waktu tertentu, misalnya setahun dua kali atau setahun tiga kali,” kata Evi Puspa – Komunitas TBC (Travel Business Club). Mereka berasal dari berbagai kalangan, baik pelajar, mahasiswa, pekerja, sampai pensiunan atau usia tua yang masih kuat melakukan perjalanan. Lebih dari 90.000 traveler memilih destinasi AS tahun lalu dan jumlah itu diperkirakan akan bertambah menjadi lebih dari 137.000 pada 2017.

Menurut Global Travel Intentions Survey Visa 2015, jumlah orang Indonesia yang melakukan perjalanan liburan keluar negeri meningkat 33% dibandingkan tahun sebelumnya. Anggaran perjalanan rata-rata wisatawan Indonesia juga meningkat 30% dari 2013-2015. Sementara itu, pengeluaran rekreasi pariwisata meningkat dari $ 28,9 miliar pada tahun 2010 menjadi $ 37,7 miliar pada tahun 2014 (www.wttc.org). Hal ini sekaligus mencerminkan peningkatan keseluruhan kekayaan rata-rata penduduk Indonesia.

Peningkatan aktivitas leisure ini didorong dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, masyarakat makin butuh piknik seiring tekanan pekerjaan yang tinggi. Selain itu, fenomena meningkatnya tabungan masyarakat pun bisa jadi nantinya digunakan untuk melancong di kemudian hari. Sekadar gambaran, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan per akhir 2017 tercatat 8,3 persen menjadi Rp 5.141,5 triliun. Terkadang, masyarakat ini sudah plan liburan jauh-jauh hari.

Dari sisi penawaran, makin maraknya promosi dan paket wisata yang murah makin membuat masyarakat untuk pergi jalan-jalan. Kedua faktor ini, lanjut Sri, menggeser pola gaya hidup masyarakat sangat bombastis. Menurut penelitian BPS, setiap 1 persen penurunan konsumsi barang-barang akan meningkatkan konsumsi kebutuhan leisure lebih dari 1 persen. Hanya saja, ia tidak ingat pasti angka sensitivitas tersebut.

Industri pariwisata Indonesia memang banyak berubah, khususnya saat kemunculan teknologi digital. Tapi saya melihat, sejauh ini dampaknya positif bagi pariwisata Indonesia. Untuk para traveller, jelas teknologi digital memudahkan. Seperti untuk pemesanan tiket pesawat, hotel, penginapan, paket perjalanan, dan lainnya.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)