Rahasia Dibalik Sukses Strategi Marketing Film 'Deadpool'

Deadpool movie. Deadpool movie.

Jauh sebelum film Deadpool resmi dirilis, para penikmat film atau biasa disebut moviegoers, sudah dihujani dengan cuplikan gambar lewat billboards, gifs, dan video tokoh anti-hero garapan Marvel itu. Sejumlah kritikus mengatakan bahwa strategi promosi tersebut berlebihan dan sudah kelewat batas.

Ya, strategi marketing film Deadpool dilakukan sejak Maret 2015—kurang lebih setahun sebelum film resmi dirilis. Saat itu, kampanye promosi diawali dengan teaser gambar tokoh berpakaian serba merah-hitam yang duduk di atas kursi kulit. Ide tersebut pun diyakini akan menjadi studi kasus baru dalam strategi pemasaran film dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam minggu perdananya, film yang didistribusikan oleh 20th Century Fox itu berhasil mencatat pendapatan hingga USD 130 juta dan memecahkan rekor sebagai film dengan penghasilan perdana terbesar yang pernah ada untuk film dengan rating “R”. Padahal Fox sendiri tadinya hanya menargetkan sekitar USD 70 juta di minggu perdana penayangan Deadpool.

“Deadpool adalah film superhero sekaligus komedi, dan kami sadar ketika kami memasarkannya dengan benar, film ini akan menarik audiens baik penggemar film superhero maupun komedi,” kata Marc Weinstock, President-domestic Marketing 20th Century Fox yang dikutip MIX Marcomm dari Adage.com.

Keberhasilan Deadpool di pasar juga tak lepas dari aktivitas di social media. “Banyak terjadi perdebatan, apakah social media benar-benar bisa menyukseskan pembukaan film Deadpool atau tidak. Tapi ternyata terbukti, bisa.”

Meski terbilang berhasil, film Deadpool juga menuai cukup banyak kritik. Pertama, soal rating Deadpool yang dikategorikan “R” yang dinilai justru akan mengurangi jumlah penonton karena keterbatasan untuk mereka yang berusia di bawah 17 tahun.

“Dengan film R-rated, jangkauan audiens film Deadpool tidak akan menembus seperti pencapaian film-film Disney/Marvel lainnya,” ungkap Gary Faber, Co-founder Entertainment Research & Marketing, sebuah lembaga riset dan strategi pemasaran film. Namun, seperti film-film sebelumnya, Marvel tetap diiklankan dimana-mana, seperti ads mulai dari TV segmen anak-anak sampai TV untuk segmen dewasa, dari siang sampai malam, dan hampir di semua lokasi publik. “Padahal, untuk kategori film R-rating, itu dilarang.”

Sebagian besar kampanye fokus untuk memperkenalkan siapa tokoh Deadpool, yang dimainkan oleh aktor Ryan Reynolds. Dalam hal ini Fox juga memunculkan cuplikan konten Deadpool tanpa mengungkapkan poin kunci dari film ini.

“Tim digital kami perbolehkan untuk membuat konten Deadpool sebanyak-banyaknya yang bukan berdasarkan cerita film, tetapi berdasarkan tokoh Deadpool saja,” jelas Weinstock. Pada awal April 2015, video tentang Deadpool pun berhasil dilihat lebih dari 8 juta kali hanya dalam waktu singkat.

Untuk awareness, Deadpool juga muncul di sebuah parodi kanker testis, men-tweet selama premier program The Bachelor di ABC, bahkan Deadpool memiliki akun Tinder. Saat memasuki minggu pembukaan, Deadpool mengambil alih tiga jaringan Viacom dengan custom ads yang tampil selama 3 jam di MTV, VH1, dan Spike.

“Ini adalah in-your-face marketing, yang bagi beberapa orang mungkin terlalu ekstrim, namun bagi beberapa orang lainnya, mereka menikmati,” ucap Weinstock meyakinkan. Menurutnya, ini adalah ide dan keinginan pemain tokoh Deadpool sendiri, yaitu Ryan Reynolds untuk melakukannya.

“Reynolds mau melakukan shooting untuk konten-konten tambahan, yang secara agresif dilakukan untuk meramaikan akun social media Deadpool, dan ambil bagian di sejumlah event promosi. Ini adalah template untuk masa depan,” pungkas Weinstock.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)