Langkah Mondelez Membesarkan Pasar Coklat

Pasar snack di Indonesia, terutama biskuit dan coklat, tercatat masih sangat menggiurkan. Jika penetrasi pasar biskuit sudah mencapai 90%, maka pasar coklat masih di angka 78%. Sejatinya, kebiasaan ngemil atau snacking orang Indonesia menjadi salah satu pemicu bertumbuhnya kedua pasar tersebut.

Dipaparkan President Director Mondelez Indonesia Sachin Prasad, saat ini, coklat merupakan kategori camilan terfavorit urutan keempat setelah kategori pastry, biskuit, dan permen dengan pangsa pasar hingga US$ 776 juta USD atau setara dengan Rp 11,2 triliun.

“Dari konsumsi per kapita orang Indonesia untuk coklat masih di angka 300-400 gram tiap tahunnya. Itu artinya, lebih rendah dibandingkan dengan orang di United Kingdom (Inggris) yang mencapai 6 Kg, Swiss 8,8 Kg, dan Malaysia 1,1 Kg. Ini tentu saja menjadi peluang bagi kami untuk membesarkan pasar coklat di Indonesia,” tandas Sachin di sela-sela media gathering yang digelar Mondelez hari ini (2/8) di Jakarta.

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan pasar coklat di Indonesia, ia mengaku menjalankan tiga strategi. Pertama, membuat produk yang bagus dengan kualitas yang terbaik. Di antaranya, Cadbury selalu menghadirkan produk coklat yang smooth dan milky. Bahkan, Mondelez pun melakukan inovasi produk dengan memadukan Oreo dan Cadbury, yakni dengan meluncurkan varian coklat Cadbury Oreo.

Kedua, membuat produk yang relevan dengan kebiasaan snacking orang Indonesia. Ia mencontohkan, Mondelez meluncurkan produk coklat khusus di berbagai occasion, seperti Valentine, Hari Ibu, hingga Hari Kemerdekaan. Ketiga, Mondelez menghadirkan produk in the right price and the right place.

Menurut Sachin, di luar dari strategi tersebut, yang paling penting untuk Mondelez adalah bagaimana perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat atau komunitas. Oleh karena itu, Mondelez menggelar inisiatif sosial terhadap para petani coklat di Indonesia lewat program “Cocoa Life”.

Diterangkan Andi Sitti Asmayanti, Cocoa Life Director for Southeast Asia Mondelez International, meskipun Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, pertanian kakao masih menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya karena pertanian kakao yang masih dilakukan secara tradisional, sehingga produktivitasnya pun rendah, sehingga ketertarikan petani untuk membudidayakan kakao pun rendah. Selain itu, pendapatan petani dari cocoa masih terhitung sangat rendah.

Berangkat dari fakta tersebut, Mondelez International turut ambil bagian untuk memberikan solusi dalam menjaga keberlanjutan kakao melalui program “Cocoa Life”. Yanti menekankan bahwa Cocoa Life adalah perjalanan jangka panjang Mondelez International untuk menciptakan rantai pasokan kakao yang kuat serta meningkatkan kesejahteraan para petani kakao dan komunitasnya.

“Program Cocoa Life sudah dimulai di Indonesia sejak tahun 2013. Hingga akhir tahun 2017, kami sudah menjangkau lebih dari 27.800 petani yang tersebar di 280 desa di 4 provinsi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Lampung, dan Sumatra Barat,” pungkas Yanti.

Sejumlah kegiatan pun sudah dijalankan Mondelez kepada puluhan ribu petani. Di antaranya, pelatihan budidaya kakao dengan mengenalkan teknologi tepat guna. “Pada kesempatan itu, kami mengedukasi para petani tentang bagaimana menghasilkan kakao berkualitas. Bahkan, tak hanya petani, kami juga melakukan pemberdayaan pada perempuan agar mampu memperoleh pendapatan tambahan,” tutupnya.

(Simak kupasan mendalam tentang strategi Mondelez menggarap pasar snack--biskuit dan coklat--pada Majalah MIX edisi Agustus/September 2018)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)