Laporan IDC pada kuartal kedua (Q2) 2017 merilis lima merek smartphone yang berhasil menguasai pasar Indonesia. Kelima merek itu adalah Samsung (32%), Oppo (24,3%), Advan (9%), Asus (6,9%), dan Xiaomi.
Menariknya, pada Q3 2017, ada satu merek yang harus terpental dari peringkat lima besar di pasar smartphone Indonesia. Merek itu adalah Asus. Sementara Vivo sebagai pendatang anyar, sukses masuk sekaligus menyalip posisi Oppo. Dengan tersingkirnya Asus, maka Top 5 Smartphone Indonesia berdasarkan penguasaan pasar adalah Samsung (30%), Oppo (25%), Advan (8,3%), Vivo (7,5%), dan Xiaomi (5,2%).
Diakui Direktur Marketing Advan Tjandra Lianto, persaingan di pasar smartphone kian sengit, terutama di segmen harga Rp 2 jutaan ke atas. “Bahkan, pemain di smartphone di atas Rp 2 jutaan juga makin banyak dan sangat agresif. Oleh karena itu, Advan harus mampu melancarkan strategi yang mampu menyentuh hati target market-nya,” ungkapnya.
Risky Febrian, Associate Market Analyst IDC Indonesia menerangkan bahwa telah terjadi perubahan trend di industri telepon selular (ponsel) di Tanah Air. Menurutnya, penjualan smartphone kelas menengah tumbuh lebih dari dua kali lipat. Smartphone dengan kisaran harga Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta telah menguasai pasar sekitar 28% dari total smartphone di Indonesia.
Sementara itu, di antara vendor lokal, Advan mampu meninggalkan jauh para rivalnya. Laporan IDC menyebut pangsa pasar Advan di antara vendor lokal mencapai 49%. “Posisi Advan yang dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi merek ponsel lokal nomor satu di Tanah Air, karena didukung kehadirannya di seluruh pelosok Indonesia. Selain itu, juga karena peluncuran smartphone kelas menengah Advan G1 yang dirilis awal tahun ini, yang berhasil memikat masyarakat,” ujarnya.
Menempati peringkat empat besar, tak membuat Advan berpuas diri. Ditegaskan Tjandra, “Sampai saat ini, back bone dari Advan adalah produk di harga Rp 1 jutaan, yakni sebesar 60%. Sisanya, dikontribusi dari produk di atas Rp 2 jutaan dan di bawah Rp 1 jutaan. Salah satu kesulitan kami menembus segmen smartphone di harga Rp 2 jutaan karena brand kami yang masih belum dekat di hati konsumen.”
Oleh karena itu, lanjut Tjandra, lima strategi siap dilancarkan Advan pada 2018 mendatang. Strategi pertama adalah makin mendekatkan brand Advan kepada target market. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak user experience. “Melalui atkivasi yang sifatnya user experience, kami berharap konsumen dapat lebih dengan brand Advan dan kami dapat menyentuh hati mereka,” tuturnya.
Strategi kedua adalah Advan mencoba melakukan pendekatan ke segmen millennials—sebagai pasar yang sangat potensial dan menjanjikan—guna menggenjot smartphone dengan harga Rp 2 jutaan. “Segmen millennial itu dalam memilih smartphone sangat kritis dan melakukan banyak pertimbangan sebelum membeli. Namun, mereka tercatat sebagai decision maker serta pengguna smartphone di atas Rp 2 jutaan,” terang Tjandra, yang mengaku akan makin menggenjot segmen pengguna smartphone Rp 2 jutaan di tahun depan.
Strategi ketiga adalah menghadirkan produk yang fokus pada kamera, security, dan screen. “Dari sisi produk, kami fokus menjawab semua kebutuhan konsumen, termasuk kelas menengah atas. Saat ini, Advan memiliki jajaran produk A-G-I-S, di mana A adalah seri tertinggi atau flagship Advan. Yang terbaru adalah advan A8 sebagai smartphone paling canggih yang dibekali Dual Camera hingga sistem keamanan yang tangguh,” tuturnya.
Strategi keempat adalah memastikan jaringan distribusi yang merata dengan lebih dari 1.500 rekan bisnis yang tersebar luas dari kota hingga pelosok. Ditandaskan Tjandra, Advan juga selalu mengupayakan proses distribusi produk yang cepat dan efesien, sebagai salah satu cara untuk lebih bisa berkompetisi.
Strategi terakhir, kelima, adalah senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik. Caranya, yakni dengan meningkatkan empat service level yang selama ini telah dimiliki Advan. Keempat service tersebut adalah pelayanan ramah, pelayanan yang cepat, pelayanan yang responsif, dan kepuasan pelanggan.