Sukses mengimplementasikan pedoman budaya keamanan nuklir di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), akhirnya September ini BATAN memutuskan untuk mendirikan Center for Security Culture and Assessment (CSCA). Dijelaskan Djarot S. Wisnubrata, Kepala BATAN, kehadiran CSCA juga merupakan upaya BATAN dalam mengubah mindset publik bahwa fasilitas yang memanfaatkan tenaga nuklir dapat terjamin keamanannya, sepanjang dapat menerapkan budaya kemanan nuklir.
Ditambahkan Khoirul, Ketua Pelaksana Harian CSCA, tidak hanya PLTN yang dapat menggunakan pedoman budaya kemananan nuklir tersebut. Namun, fasilitas rumah sakit, intelejen, dan instansi lainnya yang memanfaatkan tenaga nuklir, bahan radioaktif, ataupun bahan kimia, juga bisa menerapkan pedoman tersebut. Bahkan, target market yang dibidik tak hanya pasar nasional, namun juga internasional. Lantaran, Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang memiliki CSCA.
Bekerja sama dengan International Atomic Energy Agency dan para pakar nuklir di dunia, pedoman budaya kemanan nuklir membutuhkan waktu enam bulan sebagai proses implementasinya. Mulai dari proses dengan menggunakan tools survey, cek dokumen, hingga observasi.
Untuk mengkomunikasikan kehadiran CSCA sekaligus mengedukasi pentingnya menerapkan pedoman budaya kemanan nuklir, BATAN melancarkan berbagai promosi yang melibatkan sejumlah negara di dunia. Mulai dari mengundang workshop, seminar, hingga berpartisipasi dalam eksibisi.
Paling anyar, dalam peluncuran CSCA, BATAN menggelar acara Inagurasi CSCA di akhir September 2014 ini. Dalam rangkaian inagurasi tersebut, BATAN juga menghadirkan kegiatan Regional Training Course on Physical Protection and Security Management for Research Reactors, yang dihadiri oleh perwakilan dari Indonesia, Austria, USa, Bulgaria, Marocco, Korea Selatan, Italia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Ukraina, Jepang, Belgia, Myanmar, dan organisasi internasional.