Pasar alat tulis rupanya tak begitu berpengaruh terhadap perlambatan ekonomi di Tanah Air. Sepanjang satu semester tahun ini misalnya, diakui Presiden Direktur PT Faber-Castell International Indonesia Yandramin Halim, penjualan Faber-Castell untuk pasar domestik masih tetap bertumbuh double digit, yakni mencapai 11-12%. “Meskipun, jika tidak ada krisis, pertumbuhannya bisa di atas 20%,” kata Halim, yang menyebutkan bahwa Faber-Castell masih menjadi market leader di pasar pensil warna, dengan market share di atas 50%.
Oleh karena itu, menurutnya, tak perlu strategi khusus untuk menyiasati masa perlambatan ekonomi seperti sekarang ini. “Kami masih menggunakan strategi yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Yaitu, fokus pada brand activation, yang diikuti dengan kegiatan Public Relations (PR) dan digital. Strategi itu penting untuk mengedukasi market,” lanjut Halim yang mengakui bahwa Faber-Castell pernah menggunakan TV Commercial, namun tingkat keberhasilannya tak sebesar brand activation.
Diakui Halim, saat ini tantangan terbesar di pasar alat tulis adalah mengedukasi market. Di wilayah urban, tantangannya adalah mengedukasi market untuk tetap bermain dengan alat tulis—termasuk alat tulis warna. Sebab, belakangan, anak-anak mulai beralih bermain gambar dan warna di perangkat gadget.
Sementara itu, di wilayah rural, edukasi market lebih ke arah meyakinkan konsumen akan produk yang value for money. “Masih sedikit konsumen yang menyadari bahwa uang yang mereka keluarkan harus sebanding dengan value yang mereka terima,” ungkap Halim.
Faber-Castell pun memilih eduaksi market lewat brand activation, yang mampu menciptakan brand experience dan brand engagement. Antara lain, lewat program “Pealtihan Guru TK dan SD” setiap tahunnya, yang sudah dimulai sejak 15 tahun silam. Pada kesempatan itu, Faber-Castell mengedukasi para guru tentang bagaimana mengajari pelajaran seni agar aanak-anak dapat tumbu hkreatif. “Kami ajari mereka tentang teknik kreatif dalam menggambar dan mewarnai. Program ini digelar road show ke 50 kota. Di setiap pelatihan, ada 80-200 guru yang ikut pelatihan,” tuturnya.
Paling anyar, Oktober tahun ini Faber-Castell kembali menggelar “Lomba Cerpen Faber-Castell 2015”. Program yang sudah digelar untuk ketiga kalinya itu, mengajak anak-anak muda Indonesia untuk mengungkapkan cerita melalui media cerita pendek (Cerpen). Diuraikan Christian Herawan, Product Manager PT Faber-Castell International Indonesia, pada tahun pertamanya, lomba cerpen ini diawali dengan program pelatihan menulis dengan penulis muda Raditya Dika. Waktu itu, ada 50 kali pelatihan dengan 13 ribu pserta pelatihan. Selanjutnya, digelar lomba cerpen dengan tema komedi. Ada 1.250 peserta lomba yang ikut,” papar Christian.
Memasuki tahun 2014, program pelatihan masih dilanjutkan, sebelum lomba cerpen dengan tema petualangan digelar. Tak kurang dari 2.700 peserta lomba ikut serta. Jika karya para pemenang dibukukan kemudian dijual di komunitas Lingkar Pena, maka di tahun kedua, karya para pemenang dibukukan dan didistribusikan di toko buku Gramedia di Jawa dan Bali.
“Tahun 2015 ini, kami akan menggelar 100 pelatihan menulis, untuk selanjutnya digelar lomba cerpen dengan tema misteri. Kami berharap sektiar 3.500 peserta dapat ikut serta pada lomba cerpen kali ini. Nantinya, peserta cukup meng-up load karya mereka melalui www.lombacerpen.com, dengan terlebih dahulu menuliskan ceritanya melalui kertas yang sudah tersedia dalam halaman website tersebut,” ungkap Christian, yang menebutkan selain kategori pemenang yang dinilai juri, ada juga kategori pemenang berdasarkan tulisan terindah dan terfavorit via voting di halaman facebook Faber-Castell.