Era digital tak hanya mempengaruhi perubahan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi informasi dan bertransaksi. Namun, perkembangan teknologi juga sanggup mempengaruhi perubahan perilaku konsumen dalam melakukan pekerjaannya di kantor, yakni bekerja secara mobile. Hal itu antara lain ditandai dengan munculnya tren BYOD (Bring Your Own Device) maupun audio dan video conference.
Dijelaskan Minhaj Zia, Vice President for Polycom in India, SAARC, & SEA, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang pertumbuhan connectivity serta mobility-nya sangat tinggi. Terbukti, kini Indonesia telah memiliki lebih dari 88 juta pengguna internet. “Connectivity dan mobility inilah yang memicu pertumbuhan bisnis video conference di Indonesia. Selain itu, trafik lalu lintas serta luas dan banyaknya pulau di Indonesia, juga menjadi pemicu perusahaan memanfaatkan video conference guna mengedepankan efesiensi dan produktivitas kerja,” paparnya.
Alhasil, dalam setahun, bisnis video conference di Indonesia jumlahnya sangat menggiurkan. Tak kurang US$ 10-15 juta merupakan nilai bisnis video conference dalam setahun yang dapat digarap oleh para pelaku bisnis. Polycom sebagai salah satu pemain besar, juga menikmati pertumbuhan bisnis video conference di Indonesia. “Rata-rata per tahun, pertumbuhan penjualan Polycom di Indonesia mencapai 10-12%. Tahun ini, target kami, Polycom dapat tumbuh 20%,” kata Minhaj, yang menyebutkan bahwa Polycom telah hadir di Indonesia sejak 15 tahun lalu.
Sukses Polycom menjadi pemain kedua besar di bisnis video conference di Tanah Air, diyakini Minhaj, karena Polycom mampu menawarkan tiga benefit kepada perusahaan maupun organisasi. Pertama, travel cost savvy. Dengan penggunaan layanan solusi dari Polycom, perusahaan ataupun organisasi dapat melakukan efesiensi bujet travel untuk kegiatan dinas. Setidaknya, tak kurang dari 20% efesiensi bujet dapat ditekan.
Kedua, timing saving. Penggunaan perangkat Polycom juga dapat membuat produktivitas kerja meningkat. “Cukup dengan berkoordinasi maupun meeting lewat video conference, tanpa harus berpergian ke luar kantor maupun ke luar kota, karyawan sudah dapat produktif dalam bekerja,” lanjutnya.
Ketiga, competitiveness. Dengan menggunakan solusi Polycom, perusahaan dan organisasi dapat menjadi lebih kompetitif. Sebab, insight terkini—baik tentang tren pasar, apa yang dilakukan kompetitor, hingga laporan dari seluruh cabang—dapat dipantau sekaligus diperoleh secara real time oleh kantor pusat. “Hal ini penting, karena keputusan bisnis yang melibatkan banyak tim, seperti tim distribusi, marketing, dan produksi, perlu dilakukan secara cepat demi mengembangkan bisnis perusahaan ke depan,” ucapnya.
Tiga benefit itulah yang membuat perusahaan di Indonesia mau berinvestasi untuk menggunakan solusi yang ditawarkan Polycom, baik solusi untuk audio conference maupun video conference. Menurut Minhaj, saat ini sudah ada 1.000 perusahaan di Indonesia yang telah menggunakan solusi Polycom. Jenis perusahaannya pun beragam. Mulai dari government yang mencapai 40%, perusahaan manufaktur yang mencapai 25%, serta sisanya education company, financial company, hingga perusahaan telekomunikasi.
“Saat ini, sejumlah perusahaan besar yang sudah memanfaatkan solusi Polycom adalah Kementerian Keuangan, Bappenas, Pertamina, hingga Universitas Indonesia. Selain perusahaan besar, perusahaan berskala Usaha Kecil Menengah (UKM) juga sudah memanfaatkan solusi Polycom. Jumlah perusahaan berskala UKM yang sudah memanfaatkan solusi Polycom mencapai 25%,” terang Minhaj, yang menyebutkan bahwa harga solusi Polycom untuk Audio Conference dimulai dari Rp 10 juta dan Video Conference dimulai dari Rp 20 juta.