Jika pada tahun 2003 PT Softex Indonesia beromset Rp 150 miliar, kini perusahaan lokal itu sanggup mendulang omset hingga lebih dari Rp 4 triliun. Pertumbuhan omset yang sangat signifikan tersebut memicu Softex untuk melantai di pasar bursa alias Go Public. Diungkapkan Dr. Rudolf Tjandra, Chief Marketing & Strategy Officer PT Softex Indonesia, Mei 2015 ini Softex ditargetkan akan IPO atau Go Public.
Tentu saja, sejumlah persiapan telah dilakukan oleh Softex menjelang IPO. Antara lain, membenahi berbagai brand yang dimiliki Softex, menghadirkan divisi marketing dengan kekuatan tim yang handal, serta melancarkan strategi marketing terintegrasi.
Pembenahan mulai dilakukan sejak tahun 2004. Rudolf, praktisi pemasaran yang telah malang melintang di sejumlah industri—salah satunya rokok, diundang untuk bergabung dengan Softex. Ia dipercaya untuk mendirikan sekaligus memimpin pos baru di Softex, Divisi Marketing. Selanjutnya, Rudolf memperkuat tim marketing dengan personil yang handal.
Langkah berikutnya, Softex mulai melakukan re-targeting, re-positioning, serta melancarkan kampanye marketing komunikasi yang sifatnya emotional benefit. Dipilihnya emotional benefit, diungkapkan Rudolf, lantaran Softex ingin berbeda dengan kampanye marketing kompetitor yang menonjolkan functional benefit. Dituturkan Rudolf, setiap kampanye marketing komunikasi Softex mengedepankan strategi marketing 360 Derajat, dengan memanfaatkan seluruh kanal komunikasi secara terintegrasi.
Strategi lain yang tak kalah penting adalah Softex rutin melakukan inovasi dan memperluas produknya. Mulai dari merek Softex untuk produk pembalut, merek Sweety untuk produk baby diapers, merek Softies untuk produk tissue basah, hingga Confidence untuk produk adult diapers.
Paling anyar, tahun 2014 lalu, Softex memanfaatkan karakter Hello Kitty untuk produk barunya, yakni Softex Hello Kitty. “Awal tahun 2015 ini, kami bersiap meluncurkan karakter My Melody untuk produk baru kami, Softex My Melody,” tegas Rudolf. (Simak cerita lengkapnya di Majalah MIX)