Popular Berkat Social Media dan WOM, Ini Alasan Pemda DKI Gandeng Floating Market

Sukses membangun bisnis factory outlet dan resto, akhir tahun 2012, Pery Tristianto memutuskan untuk membangun destinasi wisata di daerah Lembang, Bandung. Berawal dari idenya menonton iklan televisi RCTI Oke yang menayangkan sosok ibu tua di pasar terapung, Pery pun berinisiatif untuk menghadirkan destinasi wisata berkonsep pasar terapung seluas tujuh hektar, dengan brand Floating Market.

Andrian Tristianto, anak dari pemilik Floating Market Andrian Tristianto, anak dari pemilik Floating Market

Berbeda dengan Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin, Pasar Terapung Lok Baintan yang ada di sungai Tabuk Kabupaten Banja, serta Pasar Terapung Langkat di Kabupaten Langkat, Sumatera, Floating Market Lembang menggunakan danau alam sebagai pusat aktivitasnya. Konsep yang ditawarkan Floating Market pun food court terapung.

Di sisi danau alam seluas 2 hektar itu, Floating Market menyuguhkan berbagai jenis kuliner dan jajanan asli Jawa Barat dan Nusantara yang menggugah selera. Makanan western, seperti sosis dan lainnya pun tersedia. Floating Market Lembang memang tidak berjualan sayuran, buah-buahan, atau daging mentah seperti yang dijajakan di Pasar Terapung di Kalimantan dan Sumatera. “Di sini, aneka makanan, seperti baso tahu, colenak, siomay, sorabi, duren bakar, lotek, karedok, ketan bakar, dan lainnya yang dijual di atas perahu-perahu yang ditata dengan rapi dan bersih,” ungkap Andrian Tristianto, putra dari Pery Tristianto, yang turut mengelola bisnis The Big Price Cut Group milik Pery.

Menyasar pasar keluarga semua kelas sosial, Floating Market menawarkan tiket masuk hanya Rp 15.000—sudah mendapatkan wellcome drink—plus harga makanan dan minuman yang dimulai dari Rp 5.000 hingga Rp 40.000. Untuk bertransaksi di Floating Market, pengunjung harus menggunakan koin khusus Floating Market pecahan Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000. “Koin yang sudah dibeli tidak boleh re-fund. Tapi, tak sedikit dari pengunjung yang menyimpannya sebagai koleksi dan untuk kembali lagi ke Floating Market,” ucapnya.

floating market2

Floating Market juga mengedepankan brand value berupa pemandangan alam, heritage, dan higienis. “Selain konsep, ketiga brand value itulah yang menjadi added value sekaligus diferensiasi Floating Market, yang kami jual ke pungunjung,” tutur Andrian. Itu sebabnya, Floating Market tak hanya menawarkan food court berkonsep terapung, tapi juga menawarkan pemandangan alam nan asri dan eksotik plus aneka wahana wisata berkonsep heritage. Sebut saja, rumah joglo, miniature kereta api ber-view bumi Parahyangan, Kebun Sayuran, wahana adrenalin anak, Taman Kelinci, Kereta Air, dan dalam waktu dekat Windows of Bandung—yang memamerkan gedung-gedung heritage di Bandung, seperti Gedung Sate, Braga, dan sebagainya, yang akan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah.

“Soal kebersihan dan kenyamanan, kami juga terhitung disiplin. Itu sebabnya, kami menggandeng atau mempekerjakan ibu-ibu di sekitar Lembang untuk ikut menjaga kebersihan Floating Market. Kenyamanan dan kebersihan sebuah kawasan wisata menurut kami menjadi salah satu aspek penting dalam menjaring pengunjung,” yakin Andrian.

Istimewanya, konsep Floating Market melibatkan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berada di wilayah Lembang, Bandung. Pery yang tercatat sangat concern dengan segmen UKM, mengajak para penjaja kuliner dari segmen UKM untuk menjual produknya di Floating Market. Artinya, Floating Market menjadi market place bari para UKM.

floating market3

“Saat ini tercatat ada sekitar 60-an UKM yang ikut bergabung di Floating Market. Mereka diberi pelatihan, terutama bagaimana mengemas produk agar tampil menarik, hieginis, termasuk soal pemasaran. Sebagai tenant di Floating Market yang menjajakan produknya di atas perahu, mereka tidak sewa tempat. Namun, hanya sistem sharing komisi 25-28%,” ungkap Andrian.

Dengan investasi awal sekitar Rp 30 miliar, ternyata konsep yang diusung Floating Market mendapat respon positif. “Pertumbuhannya bagus dari tahun ke tahun. Weekdays per harinya bisa mencapai 2.000-4.000 pengunjung. Sementara weekend, bisa mencapai 10.000-12.000 pengunjung per harinya. Bahkan, Lebaran kemarin jumlah pengunjung bisa mencapai 20.000. Pendapatan kotor kami tiap bulannya mencapai Rp 5 miliar,” aku Andrian, yang mengatakan tahun ini luas lahan ditambah 4 hektar lagi untuk wahana Windows of Bandung dan swimming pool untuk para hijabers.

Bagaimana dengan UKM yang menjajakan produk makanan dan minumannya di Floating Market? “Alhamdulillah, berjualan di Floating Market sangat menguntungkan. Dalam sehari, pada saat weekend, kami bisa mendapatkan Rp 3-4 juta. Bahkan, pada lebaran kemarin, kami bisa mendapat Rp 5 juta,” kata salah seorang ibu penjual aneka singkong goreng di Floating Market.

Diakui Andrian, berbeda dengan bisnis lainnya yang selalu dikomunikasikan lewat iklan, Floating Market nihil beriklan. Ya, Floating Market benar-benar mengandalkan Word of Mouth (WOM) dan kekuatan social media. Lantaran kekuatan konsep destinasi wisata yang berbeda destinasi wisata lainnya yang ada di Bandung, menurut Andrian, pengunjung banyak mengunggah foto-foto mereka saat di Floating Market ke akun media sosial, baik ke facebook, instagram, mapun twitter. Alhasil, dari social media dan rekomendasi para pengunjung-lah, nama Floating Market berkibar. "Floating Market juga punya website dan aktif di social media," terangnya.

Popularitas Floating Market rupanya terdengar hingga ke Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta. Alhasil, sang pendiri diundang untuk bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta dan jajaran Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk menerapkan konsep Floating Market di wilayah Jakarta Selatan. Tepatnya, di daerah Setu Babakan sebagai salah satu aset Pemda DKI, yang selama ini dikenal dengan Kampung Betawi dan kawasan danau alamnya. "Pemda DKI ingin mengadopsi konsep Floating Market ke Setu Babakan, sebagai salah satu destinasi wisata Jakarta, dengan tetap mengedepankan heritage Kampung Betawi dan merangkul UKM sekitar. Sampai saat ini, masih dalam proses penjajakan," tutup Andrian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)