Strategi Martha Tilaar Menyikapi Kelesuan Ekonomi

Di tengah lesunya ekonomi selama kuartal pertama 2015, tidak sedikit sektor industri yang terkena imbas buruk, seperti rendahnya penjualan sampai beberapa perusahaan terpaksa harus lay-off. Namun, dengan penuh optimis Wulan Tilaar, Vice Chairwoman Martha Tilaar Group mengatakan bahwa melemahnya pasar di sepanjang kuartal I 2015 tidak terlalu berdampak bagi industri kecantikan. Bahkan, sepanjang kuartal pertama tahun ini, pasar kosmetik relatif tumbuh.

Martha Tilaar lancarkan tiga strategi hadapi turbulansi ekonomi Martha Tilaar lancarkan tiga strategi hadapi turbulansi ekonomi.

“Beberapa sektor memang mengatakan bahwa kondisi ekonomi saat ini sudah masuk krisis. Tapi tidak semua sektor. Seperti di industri kecantikan dan kreatif, kami merasa masih banyak peluang dan celah untuk menguasai pasar yang ada. Ditambah, semakin banyaknya pemain baru, baik dari dalam maupun luar. Kami masih punya kepercayaan diri dengan apa yang kami miliki. Terutama karena Martha Tilaar sendiri adalah merek yang paling indonesia, itu jadi unique selling point kami untuk menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat di tengah lesunya ekonomi negara,” ujarnya kepada MIX Marcomm.

Untuk itu, setidaknya ada tiga strategi yang dilakukan Martha Tilaar Group dalam mempertahankan kinerjanya di tengah melemahnya pasar sekaligus untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Pertama, dengan meluncurkan varian suncare terbaru Dewi Sri Spa Surya Majapahit pada penghujung Mei 2015 (21/5) ini. Diungkapkan Wulan, salah satu kunci MTG bisa kuat bertahan di pasar hingga saat ini adalah dengan mengedepankan kearifan lokal lewat inovasi produk.

“Ada sangat banyak merek dan produk suncare yang beredar di pasar, tetapi yang mengangkat kearifan lokal hanya Martha Tilaar, antara lain lewat rangkaian Dewi Sri Spa Surya Majapahit yang terdiri dari Sun Protection Lotion, Cooling Shower Gel, dan Soothing Body Gel. Ini yang menjadi daya jual kami dan diferensiasi kami dibanding produk suncare lain,” jelas Wulan.

Meski ditawarkan dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan produk lokal sejenis, yaitu mulai dari Rp 125 ribu hingga Rp150 ribu, namun ia mengklaim rangkaian Dewi Sri Spa Surya Majapahit menawarkan value for money. “Artinya, harga yang kita tawarkan harus seimbang dengan kualitas produk yang kita berikan. Banyak pengusaha yang mengutamakan untung tapi mengabaikan kualitas. Tetapi kami berupaya konsisten dengan kualitas produk yang kami berikan demi menjaga kepercayaan dan loyalitas konsumen,” tutur Wulan.

Kedua, mengedepankan produk shampo Hijab Sariayu sebagai produk andalan MTG selama festive season termasuk untuk membidik pasar Hijabers. Sejak pertama diluncurkan, menurut Wulan, produk shampo Hijab pertumbuhannya luar biasa dan demand-nya sangat tinggi. Di saat orang lain sibuk menciptakan produk ksometik, fesyen, dan lifestyle bagi para Hijabers, MTG justru jeli mengambil celah apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan dasar para perempuan ber-hijab, yaitu produk perawatan rambut.

“Untuk pasar Hijab atau Muslimah, kami memang cukup jeli melihat opportunity dan potensi yang tidak dilihat pemain lain yang kebanyakan fokus mengembangkan fashion, kosmetik, bahkan lifestyle untuk mereka. Kami cukup jeli melihat peluang bahwa mengatasi problem rambut karena selalu tertutup adalah kebutuhan dasar para hjabers, seperti problem ketombe, rambut rontok, lepek, dan berminyak. Sejauh ini brand hanya mengutamakan kehalalan ketika membidik pasar Muslimah. Dan kalau untuk itu, semua produk kami pun saat ini sudah bersertifikat halal,” ujar Wulan.

Lalu, bagaimana upaya Martha Tilaar Group untuk bertahan dalam kondisi ekonomi yang melemah saat ini? Tahun ini, katanya, pasar kosmetik bertarung dahsyat. Namun, tidak disangka-sangka produk kosmetik mampu tumbuh, meski tidak terlalu bagus seperti tahun sebelumnya. Untuk itu, selain inovasi produk, MTG berupaya membangun hubungan baik dengan komunitas, media, dan menciptakan event-event yang lebih ke personal touch, lebih engage ke konsumen.

“Selesu-lesunya ekonomi, konsumen pasti tetap menggunakan bedak dan lipstik. Itu sudah pasti, karena basic needs, termasuk produk pembersih dan penyegar itu sudah pasti digunakan. Apabila hal itu diaktivasi lagi dengan aktivitas marketing yang lebih hands on dan lebih engage dengan konsumen, mungkin bisa sampai menghasilkan sales on the spot. Untuk create demand dan mengomunikasikan inovasi terbaru dari produk kita, sejauh ini untuk kosmetik, media TV memang masih sangat kuat dan efektif,” pungkas Wulan menutup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)