MIX.co.id - Dalam beberapa tahun terakhir, tren berinvestasi kripto di Indonesia mulai menguat. Hal itu terungkap dari hasil studi yang dilakukan Katadata Insight Center dan Zigi pada September 2021 lalu, yang menyebutkan bahwa 62% pembeli kripto mengaku baru membeli jenis investasi kripto kurang dari setahun. Sementara itu, sebanyak 26% mengaku telah berinvestasi kripto selama satu hingga dua tahun. Jumlah tersebut melonjak dua kali lipat.
Senada dengan hasil studi tersebut, Jay Jayawijayaningtiyas, Country Manager Luno Indonesia, dalam wawancara tertulis dengan MIX, menuturkan bahwa perkembangan jumlah investor aset kripto di Indonesia bertumbuh pesat. Menurut catatan BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi), pada Oktober 2021, investor aset kripto telah mencapai hampir 10 juta orang.
“Di Indonesia, kita dapat melihat juga mulai ramai di masyarakat membahas ekosistem Metaverse dan NFT (Non-Fungible Token). Fenomena ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai banyak yang tertarik dan berinvestasi pada aset kripto. Perkembangan aset kripto ini juga didukung oleh BAPPEBTI yang mengeluarkan daftar aset kripto yang legal di Indonesia beserta daftar platform aset kripto legal yang beroperasi di Indonesia, agar masyarakat dapat melakukan investasi secara aman,” paparnya.
Kendati trennya mulai bertumbuh, diakui Jay, tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap investasi kripto masih kurang. Pada 2021, studi Luno bersama Yougov mengungkapkan bahwa 62% responden Indonesia mengatakan mereka tidak berinvestasi di kripto, karena mereka tidak mengerti cara kerjanya. “Mereka juga menyebutkan bahwa edukasi akan menjadi faktor terpenting yang dapat meyakinkan mereka untuk berinvestasi dalam aset kripto,” ia menjelaskan.
Sementara itu, masih dari hasil studi Luno dan Yougov, terungkap juga bahwa lebih dari 55% orang Indonesia berinvestasi di kripto untuk tabungan pensiun merek. Bahkan, lebih dari separuh atau 58% responden optimis bahwa 10 tahun dari sekarang investasi kripto akan lebih bernilai.
“Itu artinya, masyarakat sebetulnya tertarik dengan aset kripto, tapi tidak didukung dengan informasi yang memadai. Oleh karena itu, Luno Indonesia selalu mengedukasi publik mengenai aset kripto,” katanya.
Menyikapi hal itu, lanjut Jay, Luno memutuskan untuk tidak menyasar para trader yang sudah ahli sebagai target utamanya—seperti halnya para kompetitor. Melainkan, Luno menyasar pemula yang baru mau masuk ke dunia aset kripto.
Strategi berikutnya, aplikasi Luno dirancang khusus untuk memudahkan masyarakat Indonesia melakukan investasi atau jual beli aset kripto khusus kategori blue chip. “Kami juga hanya menyediakan koin-koin yang memang sudah teruji aman untuk diinvestasikan, misalnya Bitcoin, Ethereum, XRP, Bitcoin cash, Litecoin, USDC, UNI, dan LINK. Koin-koin tersebut merupakan koin yang memiliki kapitalisasi market besar, yang artinya koin tersebut sangat diminati oleh banyak investor aset kripto,” yakin Jay.
Sementara itu, berangkat dari masih kurangnya edukasi masyarakat terhadap investasi kripto, diakui Jay, Luno juga menggelar program edukasi kripto untuk pemula, yakni Luno Academy. Melalui inisiatif Luno Academy, Luno menyediakan program edukasi online tentang investasi aset kripto.
Lantas, bagaimana target Luno di 2022 ini? Dijawab Jay, “Tahun ini, kami ingin tetap berfokus mengedukasi masyarakat Indonesia agar aman dan percaya diri dalam berinvestasi aset kripto. Kami juga berkomitmen untuk memberikan akses yang sangat mudah dan cepat kepada masyarakat untuk mendapatkan pembelian aset kripto pertamanya.”
Selain itu, tahun ini, Luno juga akan menambah pilihan aset kripto. “Karena kami selalu mengedepankan keamanan dan edukasi pelanggan, maka kami akan selalu berhati-hati dalam menambah aset kripto yang ada pada Luno. Kami juga akan terus memberikan edukasi pada setiap platform kami dan menghadirkan Luno Academy agar pelanggan dapat berinvestasi dengan nyaman dengan mengakses materi dan modul yang telah kami siapkan,” terangnya.