Inilah Empat Referensi Utama Konsumen Melakukan Belanja Online

Data survey yang digelar BMI Research pada Desember 2014 di 10 kota besar (Padang, Palembang, Jabodetabek, Semarang, Jogja, Surabaya, Bandung, Denpasar, Samarinda, dan Makassar) menunjukkan bahwa ada lima hambatan yang dihadapi para pemain belanja online untuk mengajak konsumen Indonesia berbelanja online.

Online-Shopping’-Escalates-To-a-Brand-new-Level BMI Research menggelar survey untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami oleh pelaku usaha belanja online serta referensi konsumen dalam berbelanja

Kelima hambatan yang membuat konsumen enggan berbelanja online adalah karena mereka tidak percaya dengan online shopping (36 persen), shopping offline masih dianggap konsumen lebih fun (24 persen), konsumen masih butuh mencoba produk sebelum membeli (16 persen), konsumen masih belum merasa perlu untuk berbelanja online (11 persen), dan konsumen masih bingung sekaligus kesulitan untuk berbelanja online (11 persen).

Berangkat dari fakta tersebut, menurut praktisi Public Relations (PR) yang juga Managing Director Imogen PR Suharjo Nugroho, untuk menciptakan trust konsumen, maka pelaku online shop dapat mengedepankan kampanye PR. "Kampanye PR melalui media mampu menciptakan citra positif dan melahirkan tingkat kepercayaan publik terhadap sistem transaksi online maupun meningkatkan kredibilitas online shop tersebut," tegas Suharjo.

Selain kampanye PR, para pelaku bisnis online shopping juga dapat memanfaat media digital guna menarik minat para pembelanja online. Mengingat, hasil survey BMI Research terhadap 1.213 pengguna internet di Indonesia juga menunjukkan bahwa salah satu referensi utama mereka tentang belanja online berasal dari digital.

Hasil riset menunjukkan ada empat referensi utama konsumen Indonesia dalam berbelanja online. Keempatnya adalah televisi dan pemberitaan sebesar 59 persen, teman dan keluarga sebesar 57 persen, website 56 persen, dan media sosial 33 persen. Tak mengherankan, jika belakangan sejumlah pemain online shopping tampak massif beriklan di layar kaca atau televisi. Sebut saja, Lazada, OLX, Elevenia, hingga Zalora.

"Itu sebabnya, kampanye digital dan media sosial diperlukan untuk menjawab hambatan di industri online shopping di Indonesia. Bahkan, melalui media digital dan sosial media, pelaku bisnis online shop dapat menciptakan kedekatan dan engagement dengan pembelanja online," terang Matthew Rompas, praktisi digital dari Manifesto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)