Investor Indonesia Mulai Melirik Investasi Saham

Menurut hasil riset Manulife Investor Sentimen Index pada periode triwulan kedua 2013 (Wave II) menyatakan bahwa dana tunai dan properti masih menjadi pilihan utama investasi di Indonesia. Namun, pada gelombang kedua ini memperlihatkan perubahan positif, dimana investor Indonesia terlihat mulai melirik saham sebagai salah satu instrumen investasi mereka.

Hasil riset Manulife ISI pada gelombang kedua terjadi peningkatan optimisme investor di saham menjadi 40% (sebelumnya 38%). Dari 504 responden, hanya sekitar 9% investor yang positif ingin berinvestasi di saham global dalam satu tahun ke depan.

“Dalam Manulife ISI gelombang kedua, terjadi peningkatan optimisme investor di saham menjadi 40% (sebelumnya 38%). Indeks sentimen-nya menjadi 19 poin menjadi 11, dari sebelumnya -8. Perubahan ini salah satunya dipengaruhi oleh pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh sebesar 21 persen selama satu tahun terakhir, pada periode Maret 2012-Maret 2013,” jelas Putut E. Andanawarih, Director of Bussiness Development PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.

Dari 504 responden Manulife ISI gelombang kedua, hanya 2%-3% responden yang memiliki sentimen positif atau netral terhadap saham. Sementara, yang positif ingin berinvestasi di saham global dalam satu tahun ke depan hanya 9%. “Sisanya, masih ragu berinvestasi saham karena khawatir mereka mengambil keputusan yang salah, dan lebih mencari alat investasi yang memberi hasil pasti dan terjamin,” tambah Putut.

Secara umum, dana tunai merupakan aset utama yang dimiliki oleh kebanyakan investor Indonesia, yang berkontribusi 41% terhadap total kepimilikan aset, kecuali rumah. Sebanyak 78% responden mendepositokan dana tunai mereka untuk jangka menengah hingga jangka panjang. Sementara, sisanya menggunakan dana tunai tersebut untuk keperluan sehari-hari, antara lain untuk biaya pendidikan anak, biaya pengobatan, dan dana pensiun.

Menurut Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, aset dalam bentuk dana tunai maupun tabungan untuk jangka menengah hingga jangka panjng bukanlah strategi terbaik, karena akan tergerus inflasi dan pajak. Sehingga, dibutuhkan instrumen atau alat investasi lain untuk bisa mencapai tujuan keuangan para investor.

“Melalui hasil riset ini, kami menyarankan 78% dana tunai yang dimiliki investor bisa digunakan untuk investasi aset-aset yang lebih produktif dan yang memiliki tingkat pengembalian lebih tinggi, sekaligus tingkat resiko yang tinggi. Namun, untuk mencapai tujuan jangka menengah hingga jangka panjang, instrumen seperti saham, reksa dana, serta asuransi merupakan pilihan yang lebih menjanjikan dibandingkan dana tunai,” pungkas Legowo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)