TREND BELANJA ORANG INDONESIA

Sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki perilaku konsumtif dan menyukai barang-barang baru. Mereka rela menghabiskan sebagian pendapatan mereka untuk membeli produk baru yang trendy. Demikian kesimpulan hasil riset yang dilakukan oleh Kantar WorldPanel terhadap 7.000 responden rumah tangga Indonesia pada semester II 2013 lalu seperti yang disampaikan Fabrice Carrasco, Managing Director Indonesia-Vietnam-Philippines Kantar WorldPanel, agensi riset yang sebelumnya bernama TNS ini.
Menurut Carrasco, tingkat pertumbuhan konsumsi domestik di Indonesia dalam 5-10 tahun mendatang trennya diperkirakan akan terus meningkat. “Hal itu didorong oleh perilaku masyarakat yang konsumtif dan menyukai hal-hal baru yang tengah menjadi tren,” katanya pada Press Conference dalam rangka “Kantar WorldPanel's Client Day” di Mandarin Oriental Hotel awal Desember lalu.
Hasil survei Kantar WorldPanel itu juga menyimpulkan lima mega tren global yang akan mempengaruhi konsumen Indonesia sekarang dan masa yang akan datang. Pada sesi “Global Mega Trends From Now and For The Future” ini Carrasco menjelaskan kelima tren global itu.
Tren pertama, katanya, DIGITAL. Masyarakat menyukai perkembangan teknologi dan hal-hal baru yang berbau digital. Digital telah meningkatkan ketersediaan dan penggunaan internet di rumah, meningkatkan penggunaan media baru seperti Smartphones, meningkatkan penggunaan jejaring sosial, dan meningkatkan pembelian melalui internet.
Di banyak negara, katanya, internet menjadi media kedua setelah TV. Digital, lanjutnya, telah mendefinisikan kembali cara hidup orang, cara berinteraksi, dan cara bersikap. Oleh karena itu, katanya, para pemilik merek perlu mendefinisikan kembali cara mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan pelanggan, dan point of contact dengan mereka.
Di Korea, pada 2011, Home Plus, cabang peritel besar Tesco di Korea, mulai menjual barang kebutuhan sehari-hari secara virtual di subway Seoul. Homeplus'Smartphone App sekarang menjadi aplikasi belanja nomor satu di Korea dengan lebih dari 900.000 pengunduh (per Februari 2012). Sebagian besar order dilakukan melalui aplikasi tersebut pada pukul 10.00 sampai 16.00 di mana para pembelanja sedang berada dalam perjalanan menuju atau pulang dari bekerja
Tren kedua, Convenience (KENYAMANAN). Fakta yang terjadi saat ini bahwa kehidupan profesional dan pribadi seseorang semakin tak terpisahkan, jarak ke kantor semakin jauh, makin banyak wanita bekerja. Urbanisasi menyebabkan kehidupan lebih sibuk. Fakta tentang kehidupan yang makin “berat” ini menyebabkan orang mencari sesuatu untuk mempermudah kehidupan agar lebih nyaman.
Fakta makin sedikit waktu para ibu untuk berbelanja dan memasak mendorong marketer menawarkan lebih banyak service di toko, munculnya inovasi untuk mempermudah para pembelanja, dan mendorong marketer menyediakan produk yang siap disantap (ready to eat), siap diminum (ready to drink), dan siap untuk dihangatkan (ready to heat).
Tren ketiga, PERSONALISASI. Dengan kehidupan yang lebih kompleks, konsumen kini cenderung memiliki harapan yang lebih besar untuk mendapatkan hiburan, cenderung individualis, cenderung ingin lebih memuaskan diri, dan cenderung ingin mencapai kepuasan itu secara instant.
Tren personalisasi ini membawa implikasi pada terbentuknya segmen konsumen atau shopper yang lebih banyak, yang perlu mendapat perhatian khusus dalam berkomunikasi (customized communication), lebih banyak pengalaman berbelanja atau membeli, dan lebih banyak inovasi produk yang customized dan ekslusif.
Tren keempat KESEHATAN (health). Sehat mulai menjadi sebuah keharusan, sementara faktanya sekarang jumlah orang dengan isu kesehatan (alergi dan obesitas, misalnya) meningkat. Di sisi lain, jumlah penduduk yang peduli dan memiliki tanggung jawab pada kesehatan juga meningkat. Demikian pula dengan pengetahuan dan pembelanjaan untuk makanan yang fungsional makin tinggi.
Menyikapi fenomena tersebut, marketer seharusnya melakukan pendekatan kepada target market dengan cara edukasi tentang hidup sehat dan produk-produk kesehatan lewat forum, apps, dan lain-lain. Marketer juga perlu memberikan pengetahuan kepada konsumen tentang bahan (ingredients) produk OT (Over The Counter/obat tanpa resep) di toko, dan meningkatkan jangkauan masyarakat kepada produk-produk kesehatan dan fungsional.
Tren kelima, VALUE. Daya beli masyarakat di banyak negara dalam risiko. Rencana pembelian kini dilakukan di depan (in advance), share of wallet untuk makanan menyusut, konsumen mencari value lewat produk private label—yang biasanya lebih value for money, dan mereka mencari hard discount.
Menyikapi hal itu, marketer seharusnya melakukan pendekatan pemasaran lewat promosi, private label, dan penawaran produk yang lebih terjangkau. Marketer juga disarankan untuk memaksimalkan kartu loyalitas, memberikan reward untuk loyalitas toko, dan memberikan benchmark harga di toko atau di Website dan applikasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)