Lingkungan merupakan salah satu pilar Corporate Social Responsibility (CSR) yang diusung oleh Universitas Budi Luhur (UBL). Oleh karena itu, UBL tampak aktif mengkampanyekan program-program lingkungan hidup. Salah satu kampanyenya adalah memamerkan Klaras, daun transparan yang merupakan hasil fermentasi klorofil daun menjadi tulang daun. Klaras merupakan hasil riset KSM Nyiur dan Universitas Budi Luhur. Melalui Klaras itulah, kemudian tercipta berbagai karya masterpiece, antara lain lukisan, yang dapat menggugah kesadaran masyarakat akan pesan lingkungan.
Pameran digelar pada awal Maret ini, 9-12 Maret, di Museum Nasional, Jakarta. Mengusung tema “Nyambung Urip: Happa-Klaras Convergence, Exhibition & Workshop”, pameran diresmikan oleh Ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti Kasih Hanggoro, MBA, seniman nasional Widi S. Martodihardjo, dan Ketua Museum Nasional.
“Pameran Klaras ini berusaha menyatukan kesadaran kolektif atas hal-hal paling sederhana yang dapat kita temui di keseharian kita dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Melalui tulang daun yang biasanya hanya menghiasi sudut-sudut selokan dan tepian sungai, dapat muncul nilai sesungguhnya oleh tangan yang peduli,” ujar Kasih Hanggoro.
Pada pameran tersebut digelar juga sendra tari yang merupakan hasil kerja sama antara Wayang Beber Metropolitan dan The Storyteller Familly. Kisah yang disajikan pada sendra tari itu adalah tentang lahirnya Klaras dari tangan ibu Klaras Hj. Umi Tutik Asmawi. Selain itu, dipamerkan juga karya-karya dari Widi S. Martodihardjo, Samuel, Umi “Bunda Klaras” Tutik, Risma Aprianti, dan Sari Atika Sundari.