Rilis pada pertengah tahun 2014 lalu, film keluaran Hollywood berjudul “Chef” memang tak sefenomenal “The Interview”. Namun, bagi pemasar atau marketers, film garapan Jon Favreau itu boleh jadi menjadi tayangan wajib tonton. Mengapa? Lantaran, di film “Chef”, Jon sanggup menggambarkan the powerful of social media.
Ya, lewat film “Chef”, Jon sanggup mendeskripsikan secara detil kekuatan sosial media sebagai “kendaraan” branding dirinya sekaligus channel komunikasi paling efektif dan murah untuk brand food truck ciptaannya, El Jefe. Mulai dari kekuatan twitter, facebook, hingga tren selfie dan groufie disajikan secara apik di “Chef” yang berdurasi 115 menit.
Adalah Carl Casper sebagai tokoh utama yang diperankan sendiri oleh Jon Favreau. Carl ditampilkan sebagai seorang duda anak satu yang berprofesi sebagai juru masak atau chef yang begitu “buta” dengan social media. Carl bekerja di restoran mewah di daerah Los Angeles yang dimiliki Riva—yang diperankan oleh Dustin Hoffman.
Cerita tentang kekuatan social media dimulai saat restoran tempat Carl bekerja didatangi oleh seorang kritikus kuliner, Ramsey Michel, yang diperankan oleh Oliver Platt. Ramsey pun menghina masakan Carl lewat jejaring social twitter miliknya, termasuk melalui situs pribadinya. Sebagai orang yang tidak social media minded, akhirnya Carl meminta putranya, Parcy, yang diperankan Emjay Anthony, untuk membuatkan akun twitter. Parcy yang masih berusia delapan tahun digambarkan sebagai generasi baby boomers yang sangat akrab dengan IT (Information Technology)—termasuk social media.
Perang antara Carl dan Ramsey pun terjadi di twitter. Bahkan, cuitan Carl yang melawan Ramsey plus keberaniannya mengungkapkan tentang dedikasinya sebagai seorang chef justru makin disukai netizen. Hasilnya, follower Carl makin membengkak dan namanya makin akrab di kalangan netizen.
Perang urat syaraf antara Carl dan Ramsey masih belum tuntas. Carl menantang Ramsey datang untuk mencicipi kembali masakan andalan Carl, di luar menu restoran. Sayangnya, Riva sebagai pemilik resto menolak, hingga berujung pada pemecatan Carl. Ramsey yang sudah telanjur datang pun dihidangkan masakan buatan anak buah Carl.
Lagi, Ramsey berulah dengan men-tweet status yang meremehkan Carl. Tak tahan dengan cuitan Ramsey, Carl datang menghardik, tepat di tengah restoran tengah dalam keadaan penuh. Pengunjung pun mengabadikan momen kemarahan Carl lewat smartphone mereka, untuk kemudian di-share di Youtube.
Kekuatan social media Youtube pun akhirnya sanggup membuat nama Carl menjadi fenomenal. Namun, tidak bagi Carl. Ia justru khawatir putranya akan malu memiliki ayak seperti dirinya. Ia pun berusaha meminta bantuan mantan istrinya, Inez, yang diperankan Sofia Vergara, untuk bisa menghilangkan semua video tentang dirinya di Youtube.
Di tengah kondisi jobless, akhirnya Carl memutuskan membuat food truck dengan brand El Jefe. Truk makanan yang menghadirkan masakan khas Kuba itu melakukan road show ke sejumlah negara bagian di Amerika. Bersama seorang asisten dan Parcy yang tengah liburan musim panas, food truck El Jefe selalu mampu menyedot perhatian publik di setiap kota yang dikunjungi.
Lagi, keberhasilan tersebut berkat kekuatan social media twitter dan Youtube. Ya, Parcy yang sangat terampil dengan social media, tanpa sepengetahuan Carl selalu meng-up date kicauan lewat akun twitter Carl. Setiap kali El Jefe akan menyambangi sebuah kota, Parcy akan lebih dulu mengirim pesan teaser lewat akun twitter Carl. Parcy bahkan membuat kolase video perjalanan Food Truck El Jefe, yang kemudian ia unggah di Youtube.
Sepanjang perjalanan road show, cerita pun diselingi dengan peristiwa selfie dan groufie yang tengah menjadi trend saat ini. Polisi yang tadinya akan menegur food truck milik Carl misalnya, justru memilih minta berfoto bersama lantaran ketenaran Carl di social media.
Jika Parcy mampu menjadi “Manager Marketing” andalan El Jefe, maka Carl mampu menjadi CEO yang sanggup menghadirkan produk dengan local teste yang berkualitas. Ya, di setiap roadshow-nya, Carl mampu memadukan satu menu andalan khas Kuba plus aneka menu yang bergonta-ganti, lantaran disesuaikan dengan makanan khas kota yang dikunjunginya.
Lewat film ini, Carl pun digambarkan sebagai seorang chef yang sangat ketat dengan pemilihan bahan makanan dan proses produksi makanannya. Sebab, ia percaya bahwa konsumen akan kembali membeli makanannya—atau dikenal dengan istilah repeat buying—jika produk yang ditawarkan memang benar-benar berkualitas.
Sementara Ramsey, si kritikus kuliner, pasca perang di social media dengan Carl, justru mendapatkan berkah. Situs yang dikelolanya pun menjadi terkenal. Ia pun memilih menjual situsnya dengan harga mahal, untuk kemudian membeli lokasi guna membuka bisnis restoran.
Film pun ditutup dengan upaya Ramsey mengajak berdamai dengan Carl. Memanfaatkan ketenaran Carl dan El Jefe, Ramsey meminta Carl membuat restoran dengan brand El Jefe. Ia pun diminta untuk memimpin langsung restorant tersebut, sebagai tanda perdamaian.***