Business Challenge
Penetrasi pasar minyak goreng di Indonesia dipastikan sudah mencapai 100%. Namun demikian bukan berarti tidak ada peluang bagi pendatang baru untuk menggarap pasar ini. Terlebih bagi brand dengan proposisi produk yang kuat seperti minyak zaitun Bertolli yang dipersepsi sebagai minyak yang baik untuk kesehatan.
Untuk memperluas pasar, tahun ini Bertolli meluncurkan kampanye The Bertolli Way untuk mendorong penggunaan minyak zaitun Bertolli dalam kegiatan masak-memasak sehari-hari ibu-ibu rumah tangga Indonesia. Selama ini para ibu rumah tangga Indonesia lebih banyak menggunakan minyak kelapa sawit untuk menggoreng atau menumis makanan yang akan dihidangkan untuk keluarganya. Minyak zaitun biasanya hanya digunakan untuk pembuatan salad atau memasak makanan khusus buat anak-anak balita—karena dalam persepsi mereka, minyak zaitun lebih sehat ketimbang minyak goreng kelapa sawit. Selain itu, harga minyak zaitun jauh lebih mahal dari minyak sawit sehingga penggunaan minyak zaitun sangat terbatas.
Untuk memopulerkan penggunaan minyak zaitun kepada masyarakat Indonesia, perusahaan asal Tuscany, Italia, itu menyelenggarakan kampanye The Bertolli Way. Sebagai marketleader pasar minyak zaitun di dunia (berada di lebih dari 60 negara), Bertolli ingin juga merebut pasar Indonesia yang seksi ini.
“Jadi kampanye ini ditujukan agar konsumen switching (dari minyak goreng kelapa sawit) ke minyak zaitun. Mediarelease ini dilakukan untuk menjangkau masyarakat Indonesia yang lebih luas,” kata Manajer Area Bertolli Asia Guillermo Romeu.
Ditanya tetang target definitif dari kampanye ini, Guillermo mengatakan bahwa melalui kampanye ini Bertolli hanya ini membesarkan pasar minyak zaitun. “Kami tidak terlalu concern dengan angka,” tuturnya.
Insight & Activation
Kampanye The Bertolli Way ini antara lain diselenggarakan melalui penyelenggaraan konferensi pers di Jakarta. Mengundang puluhan wartawan dari berbagai media, Bertolli menghadirkan experience praktik memasak bakwan jagung dengan minyak zaitun bagi para jurnalis.
Didampingi chef Gwendoline Winarno, para konferensi pers, Guillermo menjelaskan keunggulan minyak zaitun Bertolli dan proses produksinya untuk menghasilkan produk yang bermutu. “Sekitar 75% sample minyak zaitun biasanya ditolak oleh tim qualitycontrol. Ini karena kami berkomitmen pada kualitas,” katanya.
Tentang harga yang jauh lebih mahal dibandingkan minyak goreng yang saat ini dipakai kebanyakan ibu rumah tangga Indonesia—varian Extra Virgin Olive Oil 500ml dibandrol lebih dari Rp100.000—Guillermo mengatakan bahwa hal ini mestinya dianggap sebagai investasi untuk kesehatan. Oliveoil, katanya, mengandung monounsaturated fatty acids (MUFA) 77%, non kolesterol, dan bebas lemak trans. MUFA membentuk kerak tipis di atas makanan yang dimasak dengan minyak zaitun dan menghambat penetrasi minyak, membuatnya ringan, lezat dan sehat, lanjutnya.
Pada konferensi pers yang diselenggarakan pada awal Agustus 2018 di rumah Almond Jucchini Cooking Studio di kawasan Prapanca Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Guillermo mempromosikan pemakaian Bertolli Extra Light Olive Oil untuk memasak masakan Indonesia sehari-hari karena ketahanan panasnya yang tinggi, hingga 220 derajat Celcius. “Jadi dapat digunakan untuk menggoreng atau cocok untuk berbagai macam jenis gorengan,” katanya.
Result...