Inovasi teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya mendisrupsi bisnis media, melainkan juga berkontribusi signifikan dalam perubahan model bisnis farmasi. PT Kalbe Farma Tbk, perusahaan farmasi yang sebelumnya kuat dengan model bisnis B2B (business to business)--bersamaperusahaan distributor Enseval, kini dapat melakukan penjualan langsung kepada konsumen (melakukan B2C/business to consumer) melalui kanal penjualan online.
Menurut Dino Bramanto, Presiden Direktur PT Karsa Lintas Buwana, perusahaan digital milik Kalbe, Kalbe telah mempersiapkan hal ini sejak sekitar 10 tahun lalu. Melalui salah satu anak perusahaannya, Kalbe membangun unit bisnis consumer relationship management (CRM), yaitu layanan konsumen yang sifatnya in-bound, seperti layanan pelanggan, call centre, dan lainnya. In-bound marketing adalah strategi pemasaran modern dimana perusahaan berupaya agar calon konsumenlah yang proaktif mencari produk yang ditawarkan, dilakukan antara lain dengan menyediakan konten-konten yang mampu menarik perhatian konsumen dan mendorong mereka untuk menjadi konsumer. Inboundmarketing berfokus pada penyediaan konten berkualitas yang bermanfaat bagi calon konsumen.
Dengan in-bound marketing, PT Karsa Lintas Buwana semakin berkembang hingga ke tele-marketing sampai tele-sales yang secara langsung menawarkan produk-produk kesehatan Kalbe ke konsumen. Ini adalah asal muasal bisnis B2C Kalbe Farma, tutur Dino Bramanto.
“Dari situ kami pun mulai memahami siapa konsumen kami, pola belanja mereka, dan kami pun tertantang untuk mengembangkan konsep lainnya, tidak hanya lewat telepon. Lalu, kami pun memutuskan bekerja sama dengan online commerce yang saat itu mulai berkembang. Ternyata kami mendapat respon yang baik dari konsumen. Ditambah kami juga melihat penetrasi smartphone yang terus meningkat. Dan konsumen pun kini semakin terbiasa dengan belanja online,” ujar Dino kepada Majalah MIX tentang pengembangan bisnis B2C Kalbe via onlinestore.
Melihat potensi yang berkembang, Kalbe pun semakin serius untuk mengembangkan kanal online antara lain dengan meresmikan toko online Kalbe Store (pada 2013), yang tidak hanya menjual produk Kalbe, tetapi juga produk kesehatan terkait, seperti popok bayi, sabun bayi, bedak bayi, dan lainnya. Kalbe terus berekspansi untuk mengembangan bisnis B2C-nya lewat kanal digital, hingga pada 2017 unit bisnis digital Kalbe Farma ini resmi spin off dan bergabung di unit perusahaan PT Karsa Lintas Buwana (KLB).
“Di bawah bendera PT Karsa Lintas Buwana, kami membangun unit-unit bisnis Kalbe yang berbasis digital seperti Kalbe Store, Klik Dokter, dan lainnya. Objektifnya sama dengan Kalbe secara umum, yaitu fokus di industri kesehatan. Kami sudah memiliki bisnis B2B yang sudah kuat dan besar, dan sekarang kami melihat ada teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis Kalbe secara keseluruhan. Tinggal bagaimana teknologi ini bisa melengkapi ekosistem bisnis yang sudah ada, bukan menggantikan yang konvensional,” terang Dino.
Pangsa pasar produk Kalbe sangat luas. Dino menyebutnya from womb to tube, dari belum lahir sampai usia sudah tua masuk dalam kategor produk Kalbe. Tak terkecuali generasi muda atau millennial yang sudah terbiasa dengan dunia digital atau digital native. Ini adalah salah satu segmen tidak bisa diabaikan Kalbe. Sebagai pemain, Kalbe berupaya menyesuaikan diri dengan perubahan pasar.
“Kami tidak ingin tiba-tiba menghilang karena tidak mengikuti atau tidak menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Memang kami perlu waktu untuk bisa memutuskan masuk ke kanal digital, dan itu tidak mudah karena kami ingin terlibat langsung di dalamnya. Bagi kami ini bukan lagi menjadi pilihan, tetapi suatu keharusan. Dan ini adalah bagian dari transformasi Kalbe,” imbuh Dino.
Setelah memperkuat kanal digital, Kalbe juga mengembangkan omnichannel dengan membuka toko fisik, Kal Care. Kal Care adalah toko fisik yang sementara hadir di enam mal yang berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Melalui Kal Care, Kalbe berupaya hadir secara langsung ke konsumen. Objektif Kal Care adalah membangun engagement dengan konsumen. Untuk itu, selain memasarkan langsung produk Kalbe, Kal Care juga menghadirkan edukasi, entertainment, dan engagement melalui Nutritionist yang memberikan layanan kepada pelanggan tentang kesehatan.
Sejak tahun lalu, KLB juga mulai mengembangkan health-tech, yaitu KlikDokter. Menurut Dino, awalnya ini adalah semacam media portal online mengenai kesehatan yang berisi konten tentang artikel kesehatan, jurnal kesehatan, tulisan tentang pola hidup sehat, tentang penyakit, apapun yang sifatnya kekinian. Lalu KlikDokter juga berkembang dengan menghadirkan tele-konsultasi 24 jam dengan dokter-dokter pilihan via chat.
Ke depan, menurut Dino, KLB akan lebih agresif untuk mengembangkan bisnis online, selain melengkapi bisnis Kalbe yang pada dasarnya adalah konvensional. “Pada akhirnya kami bercita-cita suatu saat nanti KLB bisa menjadi unit bisnis yang independen yang punya ukuran profit sendiri. Sehingga bisa sustain. Sekarang kami masih banyak melakukan riset, analisis, coba ini coba itu, dan terbukti dari tahun ke tahun pertumbuhannya signifikan. Kami melihat, ke depan, dengan teknologi yang berkembang, KLB bisa menjadi alternative channel untuk bisa memasarkan produk Kalbe sekaligus memberi layanan lebih, dan engage langsung dengan konsumen,” tutur Dino.
Dia menekankan bahwa inti dari bisnis KLB adalah bagaimana memanfaatkan teknologi untuk memberikan layanan demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan. “Ini semua konsepnya omnichannel, saling mengisi satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan. Kalbe ingin ada di semua touch point konsumen. Saling mengisi, bukan kompetisi. Konsep online store bukan untuk menggantikan conventional tapi melengkapi. Secara keseluruhan, kami harapkan semuanya tumbuh,” pungkas Dino.