Untuk menggambarkan berbagai rasa menjadi tua, drumer wanita Titi Rajo Bintang dipakaikan kostum dari potongan-potongan yang mengandung logam dengan berat mencapai puluhan kilogram. Keping-keping logam itu ditempelkan pada punggung, siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. Terbukti dengan tempelan beai-besi itu, Titi yang biasanya lincah dan penuh energi terlihat kesulitan ketika menggebuk drum. Gerakannya menjadi lamban dan ia mengaku otot di persendiannya terasa liat untuk bergerak.
Potongan video ini ditayangkan untuk mengantarkan peluncuran varian baru Anlene MoveMax yang dikomunikasikan nutrisi unik untuk mendukung mobikitas dan kebebasan bergerak , sehingga memungkinkan konsumen Indonesia menjalani gaya hidup aktif dan sehat, melalui tulang, sendi dan otot yang kuat.
Peluncuran Anlene MoveMax juga dikuatkan dengan Survey Kesehatan Wanita Indonesia 2017 yang dilakukan oleh pemilik merek, PT Fonterra Brands Indonesia dan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) terhadap 500 wanita di 5 kota besar Indonesia.
Survey tersebut menghasilkan data antara lain 66% wanita Indonesia mengerjakan paling sedikit 9 pekerjaan per hari dan 1 dari 3 wanita mengaku tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. 9 dari 10 wanita tidak mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang, sementara 8 dari 10 tidak berolahraga secara aktif. Akibat kekurangan nutrisi dan olahraga, masalah tulang yang berkaitan dengan tulang, sendi dan otot menjadi lebih umum. 58% mengaku menderita sakit punggung dan otot, dan 67% menyatakan tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi masalah tersebut.
Maka, "Pada Hari Wanita Internasional kali ini, kami ingin menyoroti statistik dari survey kami dan apa yang bisa dilakukan oleh wanita INdonesia untuk lebih memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan mereka, bukan hanya demi diri sendiri tapi juga demi orang-orang yang mereka cintai," papar Rohini Behl, Marketing Director Fonterra Brands Indonesia.
Inline dengan itu, Anlene juga meluncurkan kampanye Anlene #TetapBisa. Gerakan ini dimaksudkan untuk mendukung misi global WHO untuk menurunkan angka kekurangan aktivitas fisik sebesar 10% pada 2025.