Opini.id memperkenalkan konsep “homeless media” yang kini mereka adopsi. Dalam presentasinya Risang B. Dhananto, User Acquisition Manager Opini.ID menjelaskan bahwa homeless media adalah sebuah konsep pemajangan konten di berbagai platform media termasuk di media sosial. Masing-masing platform memiliki native content (otonomi konten) yang sesuai dengan karakter dari platform dan target market yang biasa berada platform tersebut. Konsep homeless media bukan soal menambah channel distribusi, melainkan menambah channel media itu sendiri dan menjadikan platform sebagai media.
Berdasarkan mobile survey JAKPAT pada Januari 2016, Facebook masih menjadi platform media sosial nomer satu di Indonesia. Diikuti secara berurutan oleh Instagram dan Twitter di urutan ketiga. Disebutkan juga dalam penelitian tersebut, sebanyak 62% responden membuka akun Facebook mereka lebih dari 2-3 kali sehari.
Berkembangnya ekosistem internet yang semakin baik di Indonesia dan juga perubahan tren digital lifestyle dunia, menyebabkan berubahnya pola konsumsi berita dan informasi di Indonesia. Terutama pada kalangan pembaca muda yang lebih memilih mengakses berita dan informasi lewat platform nonberita seperti jaringan media sosial.
Hal tersebut juga tercermin dalam hasil penelitian JAKPAT Mobile Survey 2016 yang mengatakan bahwa 53% responden menggunakan Facebook untuk mencari informasi-informasi dan berita seputar peristiwa terkini yang terjadi di sekelilingnya. Tren ini mendorong munculnya konsep 'homeless' media yang mengandalkan sindikasi konten lewat berbagai channel selain platform media itu sendiri.
Opini.id menyesuaikan 3 komponen utama dalam menerapkan konsep 'Homeless' Media. Pertama, dari perspektif konten, tim editorial mengalami perubahan untuk menjadi lebih adaptif dan mengenal karakter dan tipe dari platform yang akan digunakan sebagai channel. Kedua, dari perspektif bisnis, Opini.id menjadikan sisi content marketing sebagai keunggulan kompetitif. Terakhir dari perspektif marketing, Opini.id menyesuaikan pemahaman terhadap audience masing-masing platform dan cara melakukan aktivitas marketing.
Selama ini, kebanyakan media massa menggunakan media sosial untuk menyebarkan berita yang ada di halaman web utama media tersebut. Ketika tautan di media sosial di-klik, pembaca diarahkan ke halaman web untuk membaca konten lebih lengkap. Sementara, homeless media memajang konten yang berbeda-beda di banyak channel meskipun informasinya sama. Sebagai contoh, akun Opini.id di Facebook menayangkan video 1 menit tentang kebiasaan anak muda yang tidak pernah buang sampah setiap selesai makan di supermarket. Ini karena kebiasaan diskusi dan penyebaran di Facebook yang tepat untuk karakter video 1 menit dan bertema eksperimen sosial. Secara terintegrasi, Instagram Opini.id menyebarkan foto atau gambar inspiratif tentang kebiasaan buang sampah. Di halaman utama web Opini.id, ditayangkan polling publik tentang kebiasaan anak muda buang sampah. Setiap konten disesuaikan dengan karakter channel-nya.
“Ke depannya, diprediksi akan muncul semakin banyak penyedia konten yang tidak hanya mengandalkan home pages atau aplikasi khusus. Sindikasi konten melalui platform sosial media jugadirasakan lebih efektif untuk menjangkau publik dan untuk membuka diskusi,” ujar Risang.