Pada awalnya, lahirlah sebuah produk. Anda mengiklankan produk tersebut, menggambarkannya, menerangkan secara detil mengapa target potensial Anda membutuhkan produk tersebut. Lalu, Anda mencantumkan harga produk serta mengatakan kepada konsumen semua tempat dimana mereka bisa membeli dan mendapatkan produk tersebut. Akhirnya, kesukseskan dari produk tersebut diukur dari seberapa besar peningkatan penjualannya.
3 Kunci Memenangkan Evolusi Pemasaran Konten
Kemudian, pemasaran konten pun menyusul. Secara tiba-tiba, ini bukan lagi tentang produk. Kenyataannya, kesuksesan biasanya mendatangi merek ketika ia mampu bertahan paling lama di pasar tanpa perludisebutkan produk atau bahkan nama mereknya sekalipun. Mengukur keberhasilan kampanye menjadi jauh lebih rumit. Untuk itu dibutuhkan sebuah perubahan.
Evolusi pemasaran konten.
Semakin jelas bahwa pemasaran konten tanpa merek, tidak jelas, dan umum—yang seringkali hanya dibuat demi 'melakukan' pemasaran konten—justru memberikan ketidakjelasan bagi pemirsa. Tanpa struktur dan arah, pemirsa tidak yakin tentang tindakan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya dan mengapa konten tersebut telah ditunjukkan kepada mereka sejak awal.
Paling buruk, bentuk pemasaran konten ini memiliki potensi untuk membuat pemirsa 'marah'. Padahal mereka sudah terlalu cerdas dalam mengenali pesan penjualan terselubung ketika mereka melihatnya. Bahkan seringnya, pemirsa lebih memilih mengetahui merek atau promosi penjualan di balik pesan daripada merasa tertipu untuk menonton konten yang tidak mereka minati.
Lalu apa yang harus dilakukan merek? Merek-merek yang berhasil mengeksekusi pemasaran konten saat ini, melakukannya dengan memasukkan nilai-nilai mereka yang sebenarnya sebagai bagian dari setiap pesan komunikasi, dan tidak menghindar jika harus menyebutkan nama merek mereka dalam proses.
Contoh kasus yang bagus dalam hal ini adalah yang sudah dilakukan oleh Volvo, Patagonia, dan Dove. Mereka mencapai tujuan sebenarnya dari pemasaran konten, yaitu untuk memberikan konsumen pemahaman tentang siapa mereka sebagai merek, apa yang mereka percayai, dan mengapa kita sebagai konsumen harus membeli produk mereka dibandingkan kompetitornya.
Untuk pelanggan reguler atau pelanggan yang melakukan repurchasing, ada jaminan bahwa mereka membuat pilihan yang tepat. Hal tersebut menegaskan kembali bahwa ini bukan hanya merek yang ingin mereka beli, tetapi juga merek yang memiliki nilai yang sama, yang semuanya mengarah kepada kemungkinan hubungan jangka panjang antara merek dengan konsumen, juga brand nirvana atau para evangelist yang senang memuji tentang merek itu kepada teman-temannya.
Lebih jelasnya, dilansir dari Business2Community, berikut tiga pelajaran yang perlu diingat saat membuat strategi pemasaran konten.
Pertama, selalu membuat konten yang Anda percayai. Jangan hanya membuat konten karena pesaing Anda melakukannya atau Anda pikir itulah yang ingin dilihat oleh target konsumen Anda. Jika hati Anda tidak ada di dalamnya maka kemungkinan besar itu tidak akan sesukses yang seharusnya.
Kedua, jangan takut untuk menyebut merek atau produk Anda. Bangun ke dalam pesan komunikasi (jika perlu) dan cobalah untuk memastikan audiens Anda untuk tidak hanya jelas dan paham tentang mengapa Anda ada, tetapi juga tertarik untuk mencari tahu lebih banyak, dan semoga ingin membagikan pesan itu dengan jaringan mereka yang lebih luas.
Ketiga, jika Anda benar-benar percaya dengan apa yang Anda katakan, maka jangan takut untuk membawa konsumen Anda dalam suatu 'perjalanan'. Apakah itu ke situs pihak ketiga dengan informasi pendukung, atau halaman produk atau layanan Anda sendiri. Buatlah semudah mungkin bagi audiens Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang produk atau merek Anda.