35% Konsumen Indonesia Gunakan Aplikasi Belanja Online

Berdasarkan penelitian terbaru GfK: The Connected Asian Consumer, 35% konsumen di Indonesia cukup sering menggunakan aplikasi belanja online. Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa hal, di antaranya meningkatnya penetrasi smartphone dengan harga yang terjangkau, luasnya populasi kaum muda yang melek teknologi, serta upaya pemerintah dan para operator telekomunikasi untuk memperluas dan meningkatkan jaringan high-speed wireless mereka.

35% Konsumen Indonesia Gunakan Aplikasi Belanja Online

“Era e-commerce telah melahirkan tipe konsumen baru, yaitu ‘Connected Consumer’ atau konsumen yang terhubung, dan perilaku mereka akan membentuk masa depan pasar ritel. Tipe konsumen ini kurang setia dengan toko atau brand tertentu, dan berharap dapat menikmati pengalaman belanja serba multi-channelsaat berinteraksi dengan sebuah brand. Untuk itu, pembayaran mobile menjadi salah satu solusi tepat untuk menggaet tipe konsumen ini,” ucap Karthik Venkatakrishnan, Direktur Regional Digital Marketing Intelligence GfK Asia.

Survei GfK: Future Buy 2016 yang melibatkan 20.000 konsumen dari 20 pasar, mencatat bahwa 46% dari konsumen dengan range usia 14-65 tahun menyatakan bahwa mereka kurang setia ketika berbelanja. Sedangkan di konsumen muda, yaitu Gen Y dengan range usia 18-29 tahun mengalami peningkatan hingga 53% dan 6 dari 10 orang atau sekitar 58% pada Gen Z dengan range usia 14-17 tahun.

Kebanyakan Connected Consumer di wilayah Asia Pasifik mencari pengalaman yang terbaik saat berbelanja offline maupun online dan menikmati pengalaman serba multi-channel. Agar dapat mememenangkan kompetisi, para pelaku ritel harus dapat mengerti fakta baru terkait tipe konsumen ini.

Karthik memprediksi teknologi pembayaran mobile akan mendorong loyalitas konsumen. Pembayaran mobile memiliki beberapa keuntungan bagi konsumen, antara lain menghindari antrian, memprioritaskan reward bagi konsumen yang setia, memeriksa ketersediaan barang, memesan barang terlebih dahulu, menikmati penawaran yang dapat disesuaikan dan memudahkan konsumen dalam membandingkan harga.

Sedangkan bagi para pelaku ritel, pembayaran mobile memudahkan mereka dalam menerima data konsumen yang dapat digunakan di kemudian hari untuk menawarkan pelayanan atau produk sesuai dengan preferensi pribadi konsumen. Tentunya ini akan menjadi peluang untuk menghasilkan hubungan jangka panjang dengankonsumen.

Selain loyalitas atau kesetiaan konsumen, pengalaman belanja konsumen juga menjadi salah satu faktor utama untuk mempertahankan konsumen di era multi-channel. Bagi Connected Consumers, kesederhanaan dan kemudahahan adalah hal yang terpenting disamping kecepatan pelayanan. Maka dari itu, bagi pelaku ritel besar, pembayaran mobile dapat menawarkan peluang yang lebih efektif dalam mengklasifikasi dan mengincar konsumen dengan berbagai penawaran yang lebih personal dan insentif, serta menggantikan kebutuhan akan kupon fisik dan mengisi informasi di suatu terminal.

Pembayaran mobile juga menawarkan kesempatan bagi pelaku ritel kecil untuk terbebas dari biaya transaksi yang tinggi dan dengan cara-cara baru untuk dapat terhubung langsung dengan konsumen. Pelaku ritel kecil dapat dengan bebas mengatur dan mengincar khalayak konsumen mereka dengan perlakuan istimewa yang tidak dapat dilakukan oleh pelaku ritel besar.

“Perkembangan e-commerce akan terus berkembang dan memiliki banyak potensi bagi bisnis ritel untuk memanfaatkan intelijensi riset agar dapat merancang dan mengembangkan strategi bisnis yang lebih baik dalam mengincar grup konsumen tipe baru ini. Para pelaku ritel diharuskan untuk memahami perilaku konsumen dan mengikuti apa yang diinginkan oleh konsumen tanpa dibutakan oleh kemampuan teknologi itu sendiri,” pungkas Karthik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)