MIX.co.id - Laporan komprehensif berjudul “Harnessing the Power of (Gen)AI in Indonesian Financial Services" resmi diluncurkan pada hari ini (14/8), di Jakarta. Laporan yang dirilis oleh AC Ventures bersama Boston Consulting Group (BCG), BCG X, serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) itu merupakan hasil survei terhadap 41 pemimpin bisnis institusi keuangan dan wawancara dengan lima startup fintech (Financial Technology).
Laporan tersebut mengungkapkan deretan fakta terkait adopsi dan dampak AI (Artificial Intelligence) serta GenAI di sektor layanan keuangan Indonesia. Laporan ini juga mencakup rekomendasi strategis bagi para pemimpin bisnis di sektor swasta untuk menerapkan teknologi ini dalam produk dan operasional mereka.
Sejumlah fakta yang dijumpai pada laporan tersebut antara lain, 51% institusi keuangan di Indonesia fokus pada penerapan GenAI untuk tugas sehari-hari, sedangkan 27% melihat peluang besar dalam menciptakan produk dan layanan baru.
Sementara itu, 49% pemimpin bisnis di sektor keuangan Indonesia memprioritaskan GenAI untuk meningkatkan layanan pelanggan, dengan 34% di antaranya sudah merasakan manfaat nyata dari penerapannya.
Fakta lainnya, 44% responden mengakui potensi signifikan dari GenAI dalam meningkatkan penilaian risiko di microlending melalui sumber data inovatif dan model analitik yang lebih baik.
Di Indonesia, 61% institusi keuangan merasa yakin dengan infrastruktur teknologi mereka yang diperlukan untuk mengintegrasikan GenAI, terutama dalam konteks data dan sistem teknologi yang kokoh. Bahkan, hampir setengah dari pemimpin sektor lokal mengklaim sudah memanfaatkan GenAI untuk meningkatkan layanan pelanggan, dengan sepertiga di antaranya melaporkan manfaat yang terlihat.
Selain itu, 44% pemimpin lokal mengakui potensi GenAI dalam merevolusi penilaian risiko di microlending melalui sumber data dan model analitik yang lebih inovatif. Selain layanan pelanggan dan microlending, empat area lain di mana GenAI dianggap bermanfaat di industri ini meliputi produktivitas, pinjaman cepat, manajemen penipuan, dan personalisasi yang sangat tepat.
Seiring dengan meluasnya penggunaan GenAI, bank-bank besar dan institusi keuangan Indonesia sedang mengembangkan inisiatif terkait dari tahap pilot menjadi proyek yang dapat diskalakan. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memperluas akses dan inklusi keuangan tetapi juga memastikan kepatuhan terhadap Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi yang ketat di Indonesia.
Meskipun antusiasme terhadap kemampuan GenAI tinggi, banyak institusi keuangan Indonesia masih berada di tahap awal penerapan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 41% responden sedang menjalankan proyek percontohan GenAI dan uji coba konsep, memperluas penggunaan tersebut untuk memberikan nilai bisnis yang substansial masih menjadi tantangan.
Hanya 37% yang merasa memiliki bakat yang diperlukan, dan upskilling karyawan untuk menggunakan dan berinteraksi dengan alat AI adalah salah satu dari tiga prioritas dasar terendah yang disebutkan. Sementara itu, hanya 29% yang merasa yakin dengan model operasional mereka untuk kesiapan GenAI. Sejatinya, agar penerapan GenAI berhasil, kesiapan bisnis perlu sejalan dengan kesiapan teknologi.
Andy Lees, Managing Director and Partner BCG X, pada konferensi pers yang digelar hari ini (14/8), di Jakarta, mengatakan, “Potensi (Gen)AI di sektor keuangan Indonesia sangat jelas. Teknologi ini dapat memperluas akses keuangan, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan memfasilitasi perluasan layanan yang cepat, di antara kemungkinan lainnya. Temuan kami menunjukkan bahwa teknologi ini telah diadopsi dengan cepat oleh institusi keuangan besar maupun perusahaan fintech. Namun, banyak inisiatif masih berupa proyek percontohan yang dipimpin oleh teknologi dan belum berhasil menghasilkan nilai bisnis nyata dalam skala besar.”
Lebih jauh ia menjelaskan, “Institusi keuangan akan mendapatkan manfaat dari kerangka kerja strategis untuk integrasi yang mencakup segala hal mulai dari implementasi teknis dan tata kelola hingga operasi dan pengembangan bakat. Selain itu, kerangka kerja semacam itu memungkinkan hasil dapat diukur dengan jelas, memastikan bahwa inisiatif AI terus selaras dengan tujuan bisnis. Ini akan sangat penting untuk mencapai transformasi yang berkelanjutan dan dampak bisnis yang nyata.”
Pada kesempatan yang sama, Pandu Sjahrir, Pendiri AC Ventures dan Kepala Badan Ekonomi dan Financial Technology Kadin Indonesia, menambahkan, “Dengan pemerintahan yang akan datang berencana membangun Kedaulatan Digital (Sovereign AI), ada dorongan untuk memperbaiki kerangka regulasi dan mempercepat investasi dalam infrastruktur lokal untuk pengembangan GenAI. Ini memicu diskusi penting tentang peningkatan infrastruktur energi Indonesia dengan energi terbarukan dan pembiayaan berkelanjutan.
"AI dan GenAI memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi Indonesia dengan mentransformasikan tidak hanya sektor swasta, tetapi juga perusahaan milik negara dan lembaga pemerintah. Implementasi yang efektif memerlukan pusat data yang berkelanjutan yang didukung oleh energi terbarukan, undang-undang privasi yang ketat, dan kemitraan publik-swasta yang kuat. Laporan ini memberikan panduan strategis untuk sektor swasta dan publik, sambil menekankan pentingnya keamanan siber untuk melindungi aset data nasional," tegas Pandu.
Gunawan Woen, Co-Founder & CEO ESB, platform manajemen restoran SaaS di Indonesia yang juga perusahaan portofolio AC Ventures yang telah menerapkan AI, menegaskan, “AI telah menjadi pembeda besar dalam ekosistem SaaS ESB, terutama dalam cara mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor F&B dengan berfungsi sebagai ahli keuangan, konsultan bisnis, analis pemasaran, auditor forensik, dan lain-lain—profesi yang sebelumnya terlalu mahal untuk dimiliki oleh pemilik bisnis ini. GenAI, khususnya, telah memainkan peran penting dalam membantu ESB mempercepat implementasi AI, khususnya di industri F&B. Kami telah berhasil mengadaptasi Large Language Models menjadi Specific Language Models.”