MIX.co.id – Reputasi atau citra buruk bisa menimpa siapa saja. Tidak hanya menimpa kalangan elite politik dan publik figur, tapi juga bisa menimpa perusahaan atau organisasi. Kalau sudah terlanjur citranya jatuh – misalnya akibat berbuat salah – perlu recovery untuk mengembalikan citra baiknya. Lantas, bagaimana caranya?
William L. Benoit, profesor dari Ohio University, mengenalkan teori recovery reputasi atau citra yang disebut Image Restoration Theory.
Benoit berangapan bahwa reputasi adalah aset berharga yang mesti dijunjung tinggi oleh siapapun, baik oleh personal maupun korporasi. Siapa pun akan berupaya maksimal untuk mengembalikan nama baik atau citranya ke tingkat yang diharapkan.
Lewat buku “Account, Excuses, and Apologies” yang diterbitkan tahun 1994, Benoit secara gamblang menjelaskan tentang teorinya tersebut. Menurutnya, Image Restoration Theory bertujuan untuk mempertahankan citra baik. Citra negatif umumnya disebabkan oleh dua hal, yakni karena disengaja (diri sendiri atau pesaing), dan tidak sengaja (salah perbuatan atau perkataan).
Dalam Image Restoration Theory, Benoit menyuguhkan lima strategi dasar untuk mengatasi citra buruk.
- Denial
Berupa strategi penyangkalan. Selain itu, bisa berupa mengalihkan kesalahan kepada pihak lain. Cara ini kerap dilakukan di kalangan politisi untuk meng-counter citra buruk yang menimpanya.
- Evading of Responsibility
Tindakan menghindari atau melepas tanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan. Ini pun kerap dilakukan oleh para pimpinan perusahaan atau pembuat kebijakan.
Menurut strategi ini, beberapa upaya bisa ditempuh, tergantung kasus dan situasinya, misalnya: mengaku karena terpancing oleh suatu hal (provocation); karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan (defeasibility); alasan tidak terduga (accident); atau niat awalnya baik dan tidak bermaksud melakukan kesalahan (good intention).
Menurut strategi ini, pihak yang melakukan kesalahan pantas...
