Target yang dipatok Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mencapai 10 juta agen asuransi dalam beberapa tahun ke depan telah mendorong Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) untuk massif menumbuhkan jumlah keanggotaannya. Oleh karena itu, Agustus ini, AAJI memutuskan untuk mendukung komunitas agen asuransi jiwa yang tergabung dalam Million Dollar Round Table (MDRT) Indonesia.
Diungkapkan Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim, "AAJI mensuport MDRT, karena dua alasan. Pertama kita harus menciptakan 10 juta agen. Ini tidak mudah, karena sampai hari ini baru mencapai 600 ribuan agen tersertifikasi. Kedua, menghimpun agen dengan kompetensi yang baik, lebih sulit. Nah, sekarang MDRT ini ekslusif dan dikenal secara global."
Sayangnya, sampai saat ini, jumlah keanggotaan MDRT baru mencapai 2.048 anggota. Itu artinya, hanya 1 persen dari total anggota asuransi jiwa yang telah mencapai 600 ribu agen. "Profesionalisme MDRT Member yang tersertifikasi secara global menjadi alasan AAJI mendorong agen asuransi jiwa yang belum bergabung untuk turut segera mendaftar masuk MDRT member. Kalau bisa sampai 50 persen agen asuransi jiwa bergabung dalam MDRT, itu akan membesarkan industri asuransi," katanya di sela-sela konferensi pers MDRT Day Indonesia 2018 di kantor pusat AAJI, Jakarta, hari ini (3/8).
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa agen masih menjadi penopang dalam industri asuransi jiwa di Indonesia. Pada akhir 2017, dari total premi yang berhasil dikumpulkan oleh industri asuransi jiwa nasional sebesar Rp 195,72 triliun (naik 17,2 persen dari tahun sebelumnya), maka 37,1%-nya merupakan kontribusi dari jalur distribusi keagenan.
Ditambahkan Glen Alexander Winata, Country Chair MDRT Indonesia, saat ini keanggotaan MDRT global mencapai lebih dari 65.000 profesional di bidang jasa asuransi jiwa dan finansial yang berasal dari 511 perusahaan dari 77 negara di dunia. Keanggotaan MDRT diakui secara internasional sebagai standard mutu tinggi di dunia jasa asuransi jiwa dan finansial.
"Untuk tahun 2018, jumlah agen asuransi jiwa di Indonesia yang menjadi anggota MDRT, meningkat 49% menjadi 2.048 anggota. Dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara, jumlah anggota MDRT di Indonesia menempati posisi ke empat, setelah Thailand, Vietnam, dan Filipina," ujar Glen.
Tahun lalu, diakui Glen, Indonesia menempati posisi ketiga. "Harapannya tahun depan kita bisa kembali ke posisi tiga atau bahkan lebih dari itu. Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, jumlah anggota MDRT Indonesia ditargetkan bisa tumbuh konsisten sebesar 20-50% per tahun. Sedangkan, untuk tahun depan jumlah anggota MDRT ditargetkan bisa mencapai lebih dari 3.000 anggota," Glen menargetkan.
Lebih lanjut ia menerangkan bahwa untuk menjadi anggota MDRT, premi yang harus dicapai agen pada FYP (First Year Premium) minimal sebesar Rp 552.561.000. Sedangkan untuk masuk ke level yang lebih tinggi yakni court of the table (COT), jumlah preminya harus mencapai Rp1.657.683.000. Dan, untuk menduduki level tertinggi yakni top of the table (TOT), seorang agen harus bisa mengumpulkan premi sebesar Rp 3.315.366.000. Disamping itu, agen juga bisa mendaftar menjadi anggota MDRT dilihat dari besarnya komisi pribadi tahun pertama. Untuk MDRT, komisinya adalah sebesar Rp 276.280.500, COT Rp 828.841.500, dan TOT Rp 1.657.683.000.
Guna memperkenalkan MDRT dan mengajak para agen untuk tergabung dalam komunitas MDRT, sejunlah upaya pun dilakukan. Di antaranya Komite MDRT Indonesia terus mempromosikan manfaat-manfaat yang bisa diperoleh dengan menjadi anggota MDRT. Termasuk, menggelar MDRT road show dan mendukung mentoring class di perusahaan- asuransi jiwa.
Paling anyar, Komite akan menggelar Seminar MDRT Day 2018 pada akhir Agustus ini di ICE BSD City, Serpong. "Bercermin dari antusiasme para agen untuk menghadiri seminar MDRT Day Indonesia di tahun sebelumnya, maka tahun ini kami menyelenggarakan Seminar MDRT Day Indonesia dengan target peserta 7.000 orang. Sampai saat ini tiket sudah hampir habis terjual," tutupnya.
