MIX.co.id - Perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi Covid-19 adalah tiga mega disrupsi yang dihadapi masyarakat global saat ini. Kondisi tersebut juga menjadi tantangan ekonomi New Normal. Untuk menjawab tantangan tersebut, Agromaritim 4.0 adalah solusinya.
Hal itu disampaikan Rektor IPB University, Arif Satria pada acara pembukaan Dies Natalis ke-58 IPB University yang diadakan di Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/9).
Dijelaskan, Agromaritim 4.0 merupakan sektor yang menjadi fokus pembangunan dalam menghadapi ekonomi New Normal. Kekayaan hayati Indonesia menjadi salah satu latar belakang perlunya Argomaritim sebagai fokus pembangunan. Kekayaan hayati itu akan mendorong terciptanya kemandirian pangan sebagai respon global atas Covid-19.
Alasan Agromaritim sebagai fokus pembangunan, menurut Arif, karena Indonesia kaya dengan sumber daya alam hayati. “Kita memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. darat, laut, hutan, dan kita memiliki mega biodiversity yang harus kita kelola dengan baik,” ujarnya.
Pandemi Covid-19 mengubah kebijakan sejumlah negara dalam hal pangan. Kemandirian pangan menjadi program utama. Vietnam misalnya, negara pengekspor beras terbesar ke-3 mulai menerapkan larangan ekspor pada akhir Maret lalu. Pada bulan April, pemerintah menetapkan batas ekspor hingga 800 ribu ton.
"Kita menghadapi era tuntutan kemandirian pangan semakin meningkat,” tegasnya. Respon global terhadap Covid sangat beragam dan salah satunya adalah terhadap pangan. “Di mana negara-negara yang ada di dunia menahan stok pangannya untuk diekspor,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, melalui inovasi Agromaritim 4.0 diharapkan...