Menerapkan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan bisnis maupun usaha merupakan kunci penting bagi sukseskan sebuah perusahaan. Survey McKinsey & Company (2012) menunjukkan telah terjadi peningkatan kinerja perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan perusahaannya. Sejatinya, langkah itu dilakukan sebagai strategi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, dan meningkatkan peluang investasi. Dengan demikian, dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi, hingga pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan.
Selanjutnya, menurut IBCSD (2017), dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah terjadi peningkatan perusahaan yang menerapkan sustainable development sebagai strategi untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu panjang.
Menurut IBCSD (2017) dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan perusahaan yang menerapkan sustainable development sebagai strategi untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu panjang. Asosiasi Pulp dan Kertas (2014) menyatakan tantangan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas di dunia khususnya di negara-negara berkembang adalah berkaitan dengan perluasan pabrik yang cepat, akan tetapi harus diikuti dengan efektifitas dan efisiensi yang tinggi serta berkelanjutan, karena itu Hutan Tanaman Industri (HTI) harus dapat menjalankan kegiatan usahanya, dengan menjaga keberlanjutan pengelolaan hutan dengan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Sementara itu, pada sektor bisnis kehutanan, riset yang dilakukan oleh FSC mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan jumlah perusahaan dalam daftar Fortune 500 yang menerapkan system sertifikasi FSC di dalam perusahaan (Market Info Pack, 2017).
Riset lainnya, yang dilakukan oleh WWF Internasional (2015) terhadap 11 perusahaan yang mengukur dampak adopsi system sertifikasi FSC di dalam perusahaan menunjukkan bahwa terjadi nilai Net Present Value (NPV) yang positif dalam 6 bulan. Itu artinya, investasi atas system sertifikasi FSC di dalam perusahaan berdampak positif bagi perusahaan yang mampu dicapai dalam waktu 6 tahun setelah sertifikasi FSC. Hasil riset juga menunjukkan perolehan keuntungan finansial perusahaan setelah bersertfikat FSC yang mencapai US$6.03 per m3 kayu bulat, sehingga mampu menutupi investasi sertifikasi FSC yang mencapai US$3.74 per m3 kayu bulat.
Berangkat dari fakta itu, Tetra Pak Indonesia--sebagai perusahaan global yang bergerak di bidang pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman--terus berkomitmen untuk menerapkan prinsip keberlanjuta dalam mengelola perusahaan. Salah satu caranya, dengan mendukung pengelolaan hutan yang bertanggung jawab.
Evironment Manager Tetra Pak Indonesia Reza Andreanto menerangkan bahwa Tetra Pak yang telah bersertifikat FSC sejak tahun 2007, menilai sertifikasi FSC penting untuk mengamankan sumber bahan baku yang berkelanjutan, yang sesuai bagi strategi lingkungan Tetra Pak.
"Sebab, Tetra Pak hanya menggunakan sumber bahan baku dari hutan yang berkelanjutan, dengan desain kemasan dan proses manufaktur yang efisien serta kebijakan penanganan sampah kemasan karton. Melalui strstegi itu, Tetra Pak mampu menjadi perusahaan yang memiliki daya saing yang tinggi di bidang bisnis kemasan, sehingga meningkatkan nilai perusahaan Tetra Pak di mata para shareholders-nya. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bisnis yang menerapkan keberlanjutan akan semakin dibutuhkan di masa depan," ucapnya di sela-sela acara FSC Indonesia Leadership Forum 2017 yang digelar hari ini (28/9) di Jakarta.
Ditambahkan Hartono Prabowo, FSC Indonesia Representative, sebagai organisasi non-profit global yang mempromosikan pengelolaan hutan dunia yang bertanggung jawab, sangat penting bagi FSC untuk mendorong para pelaku bisnis untuk turut mempertimbangkan praktik bisnis yang bertanggung jawab (responsible business). Yaitu, praktik bisnis yang berupaya mengurangi dampak lingkungan dan sosial secara jangka panjang.
"Kami melihat value bagi perusahaan saat ini yang menerapkan responsible business bukan hanya sisi image, tetapi manfaat pasar pun dapat diperoleh. Value responsible business inilah yang dibahas bersama di dalam FSC Indonesia Leadership Forum 2017 yang diinisiasi oleh FSC Indonesia dan Tetra Pak Indonesia," tutupnya.