BAKTI Bangun Konektivitas Digital di Papua dan Papua Barat

MIX.co.id - Studi dari Boston Consulting Group (BCG) tahun 2017 mengungkapkan, ada sekitar 150.000 lokasi fasilitas publik seperti layanan pendidikan, kesehatan, kantor pemerintahan, markas pertahanan dan keamanan, pariwisata dan lain sebagainya yang belum terlayani internet. Masih banyak area blank spot yang tidak terjamah sinyal di Indonesia meski sudah 20 tahun berlangsungnya privatisasi layanan telekomunikasi.

Kondisi itu membuat ICT Development Index Indonesia menduduki rangking ke-111 dari 176 negara di dunia. Kalah jauh dari negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.

Guna mengurangi kesenjangan itu, khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat, Kementerian Komunikasi dan Informatika lewat Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) menggelar program konektivitas digital, khususnya di wilayah 3T (terdepan, teluar, tertinggal). Hal ini sejalan dengan Inpres No. 9 tahun 2020 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraaan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Dituturkan Feriandi Mirza, Kadiv Infrastruktur Lastmile Backhaul BAKTI, untuk provinsi Papua dan Papua Barat ini memiliki rencana aksi cepat yang terfokus pada pembangunan jaringan back bone Palapa Ring Timur, BTS 4G, dan akses internet. Ke depannya akan makin lengkap dengan kehadiran satelit multifungsi SATRIA dan solusi ekosistem digital untuk pengembangan SDM setempat.

Palapa Ring Timur yang dibangun sepanjang 7.003 km mengusung teknologi radio microwave untuk wilayah pegunungan dan fiber optic di darat dan laut. Kombinasi teknologi ini diterapkan mengingat kondisi alam Papua yang sangat beragam dengan luas daratan dan banyaknya pegunungan tinggi. Saat ini jaringan Palapa Ring sudah melalui 41 kota/kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Terkait pembangunan infrastruktur BTS, BAKTI akan membangun 5.204 BTS 4G di kedua provinsi ini selama kurun waktu 2021—2022 yang terbagi dalam tiga paket pembangunan. Program ini mendongkrak jauh ketersediaan BTS, yang sebelumnya hanya terdapat 457 BTS seluruh wilayah Papua.

“BAKTI masih mengacu para program awal ‘1 desa 1 BTS’. Kondisi Papua memang ‘istimewa’ dengan kondisi geografis dan sebaran penduduknya. Mungkin 1 BTS di beberapa desa akan terasa kurang karena penduduknya yang tinggal terpencar. Namun, paling tidak untuk sementara ini di setiap desa sudah terbangun BTS. Harapannya, ini merupakan trigger sehingga kelak dapat menarik operator untuk membangun BTS tambahan di wilayah tersebut jika sudah banyak permintaan dari masyarakat,” jelas Feriandi.

Harapan akan adanya akses telekomunikasi yang lebih baik sudah lama dirasakan oleh masyarakat Provinsi Papua dan Papua Barat. Hal ini diungkapkan oleh Jeri Agus Yudianto, Kadis Kominfo Papua, dalam acara Webinar yang diselenggarakan oleh BAKTI Kominfo pada awal Desember ini (8/12).

“Jika dahulu internet hanya dianggap hiburan semata, kini sudah menjadi gaya hidup. Sudah banyak anak muda lokal yang membuat komunitas influencer, gamer, dan aktif membuat konten. Masyarakat pun semakin cepat protes ke kantor kami jika ada kendala internet. Ini jauh berbeda dengan kondisi dahulu yang tidak begitu peduli jika pengerjaan perbaikan jaringan lama dilakukan. Sepertinya internet sudah mulai jadi kebutuhan utama,” ceritanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)