Publisitas atau menarik perhatian publik ke suatu hal adalah senjata utama public relations. Apakah itu berarti semua praktisi public relations memandang publisitas sebagai tujuan utama? Adakah seorang profesional public relations yang berani meminimalkan nilai publisitas? Sulit dibayangkan.
Ketika raksasa AT&T butuh orang yang menangani publik relations pada 1927, Presiden AT & T Walter Gifford menemui Arthur Page, seorang editor majalah, dan menawarinya jabatan wakil presiden perusahaan. Sebelum menerima tawaran, Page menetapkan beberapa syarat. Salah satunya adalah dia punya suara dalam menentukan kebijakan di AT&T. Dengan kata lain, Page ingin diposisikan sebagai bagian dari pengambilan kebijakan perusahaan.
Gifford adalah teman sekelasnya di Harvard. Beberapa bulan sebelum mendapat tawaran dari Gifford tesebut, Page mempublikasikan artikel yang ditulis Gifford di majalah dimana Page yang lahir pada 10 September 1883 sebagai editor, World's Work.
Dalam artikelnya, Gifford menulis bahwa label yang selama itu melekat pada para pebisnis, yakni "baron perampok" industri telah digantikan oleh kelas baru pebisnis yang mempunyai visi kenegarawanan menyadari secara lebih akurat batas-batas kekuatan mereka, dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih kepada publik. Ini selaras dengan jalan pikiran Arthur Page, yang percaya bahwa dari sudut pandang luas kebijakan publik, kriteria pertama yang digunakan dalam menilai perusahaan besar adalah layanan mereka kepada publik.
Kesamaan visi itulah yang membuat Page berani mengajukan persyaratan itu sebelum dia menerima tawaran Gifford. Dalam posisi ini, Page bukannya egois. Apalagi dia telah melihat terlalu banyak perusahaan yang memandang fungsi public relations hanya sebagai pelaksana kebijakan. Page memandang PR sebagai fungsi manajemen. Agar efektif, Page tahu bahwa dia harus memberi kontribusi pada pembuata keputusan tingat tinggi di peusahaan dan juga memiliki wewenang pelaksanaan.
Gifford setuju dengan tuntutan itu dan Page menerima pekerjaan itu. Dia mulai bekerja pada 3 Januari 1927 dan menjadi wakil presiden PR pertama di perusahaan besar Amerika. The New York Times, 4 Januari 1927, memberitakan penunjukan Page dengan judul, Telephone Co. to Increase Publicity. Tapi mereka salah. Mereka salah. Publisitas bukanlah prioritas Page. Publisitas ada di bagian bawah daftar Page.
Dalam sebuah konferensi manajemen, Page mengatakan bahwa "fungsi public relations terbesar dalam bisnis kami .. adalah mengubah lampu sorot pada diri kita sendiri dan melihat bahwa kita sebenarnya, berada pada setiap cara yang memungkinkan untuk melakukan pekerjaan kita bagi kepentingan publik. Dengan kata lain, kita harus mencoba untuk melihat ke arah mana minat publik akan memimpin dan ke mana ia akan membawa kita. Kemudian, kita ingin sampai di sana sebelum publik menyadari apa yang akan ditanyakan.”
"Ini akan menjadi kontribusi besar bagi sejarah Bell System jika kita berhasil dengan pekerjaan ini. Ini tidak hanya menyampaikan pesan; tidak hanya bertahan dalam bisnis; ini menunjukkan bahwa perusahaan besar dapat dijalankan dengan sangat cerdas sesuai dengan interest publik, dan publik akan puas dan puas dengan layanan mereka." Dalam pembicaraan lain, Page mengatakan bahwa publisitas dia tidak dapat mengubah fakta. "Tapi publisitas dapat bertindak sebagai pengeras suara untuk menyiarkan layanan baik yang Anda berikan, tetapi efektivitasnya memiliki kualitas yang sangat memudar jika ada layanan yang buruk."
Sekarang para pakar PR sepakat dengan konsep Page. Ketika institusi membuat kebijakan, mereka perlu mempertimbangkan efeknya pada publik mereka. Ini dapat dilakukan dengan baik apabila orang PR, idealnya pada level wakil presiden perusahaan, aktif terlibat dalam pembuatan keputusan. Eksekutif PR membari saran pada pimpinan institusi entang persepsi publik dan efek dai opsi kebijakan terhadap persepsi itu. Juga wakil presiden PR akan berada dalam posisi yang ebih untuk mengimplementasikan kebijakan karena mereka terlibat dalam penyusunan kebijakan tersebut (Vivian, 2008).
Yang dikerjakan public relations bukanlah tentang berapa besar publisitas yang mereka buat atau ciptakan, melainkan kebaikan yang dirasakan oleh masyarakat dan perusahaan. Page pensiun dari jabatannya sebagai Wakil Presidensi di AT & T pada akhir tahun 1946. Gaji terakhirnya $ 75.000 langsung turun bersama pensiun tahunannya sebesar $ 12,116. Pensiun, AT & T dan Chase Bank segera menjadikannya sebagai konsultan, masing-masing membayarnya $ 25.000 per tahun.
Untuk sebagian besar kariernya, Page mendideikasikan keahliannya kepada negara dengan menjadi penasihat dan sahabat tepercaya Henry L. Stimson, negarawan dan sekretaris perang terkemuka di bawah Presiden Franklin D. Roosevelt. Persahabatan itu dimulai sebelum Perang Dunia I ketika Page membeli sebuah rumah di North Shore Long Island, dan Stimson suatu pagi menunggang kuda untuk menyambut tetangga barunya itu. Sepanjang Perang Dunia II, Page memegang posisi tanggung jawab nasional yang besar. Di akhir perang, Stimson meminta Page menuliskan pidato pengumuman tentang bom atom dijatuhkan di Hiroshima yang disampaikan Presiden Truman.