Berdasarkan hasil penelitian berjudul 'Persepsi Pemimpin Perusahaan terhadap CSR' yang dilakukan London School of Public Relations (LSPR) Jakarta bekerja sama dengan Universitas Sains Malaysia dan Malindo Research Centre, ditemukan bahwa masalah biaya dan SDM yang kompeten masih menjadi kendala yang mayoritas ditemui dalam pelaksanaan CSR.
Menurut penelitian yang dilakukan sejak Desember 2015 dan melibatkan 114 responden dari kalangan pemimpin perusahaan itu menyatakan bahwa dalam memutuskan kegiatan CSR, mayoritas dari mereka masih ragu-ragu dalam menilai perlu ada tidak perlunya melakukan kegiatan CSR.
Yanie Caroline, Head of Malindo Research Centre mengungkapkan, hal tersebut disebabkan karena beberapa hal. Antara lain kurang jelasnya distribusi kegiatan serta penentuan target kegiatan CSR; masalah perizinan dan regulasi; kurangnya kemitraan; sosialisasi kegiatan; dan kurangnya pemahaman mengenai pelaksanaan dan evaluasi di lapangan.
Untuk itu, katanya, pemimpin perusahaan dipandang memiliki peran penting dan memiliki posisi strategis dalam pelaksanaan CSR.
"Karena pemimpin dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk memberi arahan dan masukan, melakukan koordinasi, serta memiliki otoritas untuk memgontrol dan mengevaluasi kegiatan CSR agar tepat sasaran sesuai kebutuhan perusahaan, maupun stakeholder seperti pemerintah dan masyarakat."
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke kelompok pemimpin perusahaan yang berlokasi di Jabodetabek dan Jawa Barat. Responden tersebut antara lain pemimpin perusahaan yang tergabung dalam komunitas/organisasi HIPMI, Komunitas Tangan di Atas (TDA), khususnya para pengusaha muda berusia 20-45 tahun.