News Trend

Bisnis Hotel Berubah – Yang Tradisional akan Fokus pada Hotel Mewah


Saat ini hotel atau hostel bukan satu-satunya pilihan bagi yang mereka sering bepergian, wisatawan, nomaden atau backpackers. Perusahaan inovatif seperti Airbnb telah mengubah industri perhotelan melalui pemanfaatan kebangkitan ekonomi berbagi dan teknologi mobile untuk memberikan pilihan yang tidak lazim bagi siapa pun yang mencari tempat bersantai, menginap dan tempat tidur yang nyaman.
Airbnb menekankan kenyamanan dan pendekatan yang berfokus pada konsumen. Dengan aplikasi Airbnb membantu mempertemukan pemilik rumah dan wisatawan secara online dan mobile, bertemu antarmuka antar pengguna secara online, dan tidak ada batasan atau larangan sebagaimana terjadi pada model layanan hotel tradisional.
Airbnb merupakan perusahaan yang mengajukan jawaban atas pertanyaan secara tepat tentang apa yang selama bertahun-tahun dicari konsumen di industri perhotelan. Jawabannya adalah fleksibilitas dan kesederhanaan. Pengguna Airbnb memiliki tingkat fleksibilitas yang jauh lebih besar dibandingkan bila mereka dihadapkan pada pilihan apakah perjalanan internasional maupun domestic. Mereka dapat memutuskan secara persis tempat dan jenis akomodasi yang mereka inginkan. Pada gilirannya, pemilik rumah memiliki pilihan baru untuk menyewakan properti mereka.
Perusahaan sejenis, seperti VRBO, juga membuat splash di industri di pasar tertentu – tapi seperti sebelum-sebelumnya, perkembngan mereka tidak seperti Airbnb yang dengan cepat berubah imagenya menjadi sebuah nama rumah tangga seluruh dunia. Dan Berger, CEO of Social Tables, sebuah perusahaan pengembang perangkat lunak untuk pertemuan, meramalkan bahwa dimasa mendatang sebagaian besar hotel membidik pasar dan kelompok mewah, sementara untuk segmen bisnis dan liburan wisata bermigrasi ke kamar-berbagi seperti Airbnb.
Dalam beberapa tahun terakhir permintaan global untuk ruang pertemuan jarak jauh perusahaanmeningkat karena kenaikan biaya perjalanan pekerja dan freelancer kontrak perusahaan. Pada saat yang sama, ruang rapat hotel kelas atas sering tidak dimanfaatkan untuk acara kecil. Kini, jaringan hotel besar mencoba menjembatani kesenjangan antara permintaan ruang pertemuan jangka pendek dan ruang pertemuan yang kosong dengan mengembangkan layanan bermerek. Hilton misalnya meluncurkan Meetings Simplified; Marriott menciptakan Workspace on Demand dan menjalin kemitraan dengan LiquidSpace, dan Westin menawarkan Tangent, ruang telekonferensi all-in-one. Sementara itu, Bizly menargetkan pengguna dan perencana perusahaan yang tertarik pada gaya hidup lebih berorientasi pengalaman pertemuan dengan harga diskon besar-besaran. “Secara eksklusif kami fokus pada hotel kelas atas dengan pengalaman hebat dan layanan besar untuk pasar enterprise,” kata Ron Shah, CEO Bizly. “Banyak orang yang tidak pernah mengadakan pertemuan di ruang pertemuan di sebuah hotel mewah. Jadi ada sedikit kurva belajar di pasar, tapi kami pikir kami hanya perlu untuk mendapatkan orang untuk mencobanya sekali saja untuk memahami nilai dari produk yang kami tawarkan. “
Mark Woodworth, presiden PKF Hospitality Consulting, sepakat bahwa pengusaha akomodasi-berbagi merupakan ancaman nyata bagi hotel tradisional. Woodworth mengatakan bahwa di beberapa pasar persentase yang signifikan dari akomodasi Airbnb sudah dioperasikan oleh sejumlah manajer professional. Mereka mendapatkan penghasilan jauh lebih tinggi daripada hotel tradisional lain. “Ada host yang menggunakan alat-alat seperti pengelolaan hasil sebegitu canggihnya sehingga tidak kalah oleh perusahaan hotel,” katanya.
Hotel tradisional tidak bisa berharap Airbnb pergi, kata CEO Skift Rafat Ali. “Tetapi ada penolakan massa yang terjadi di antara para pemimpin di bisnis penginapan. Airbnb tidak akan mengubah bisnis hotel seperti Uber di industri taksi, tetapi mungkin saluran distribusi besar berikutnya, menggantikan OTAs.

Edhy Aruman

Edhy Aruman - Wartawan Utama (2868-PWI/WU/DP/VI/2012...), pernah menjadi redaktur di majalah SWA. Sebelum di Swa, Aruman pernah meniti karier kewartawanan di harian Jawa Pos, Berita Buana, majalah Prospek, Harian Republika dan editor eksekutif di Liputan 6 SCTV, sebelum pindah ke SWA (http://www.detik.com/berita/199902/990212-1319.html). Lulus S3 Komunikasi IPB, Redaktur Senior Majalah MIX, dosen PR FISIP UI, dosen riset STIKOM LSPR Jakarta, dan salah satu ketua BPP Perhumas periode 2011-2014.

Recent Posts

Sipetek Food, Sukses Manfaatkan Komoditas Lokal

MIX.co.id – Menjalankan bisnis dengan memanfaatkan potensi dan komoditas lokal, inilah yang banyak dilakukan para…

1 hour ago

Pajak.io Suguhkan Solusi Perpajakan bagi Korporasi

MIX.co.id – Sistem perpajakan yang kompleks kerap menjadi tantangan bagi korporasi untuk memenuhi kewajiban pajak…

3 hours ago

Ekonomi Keberlanjutan dan ESG Jadi Fokus Bahasan di “DBS Asian Insights Conference 2024”

MIX.co.id - Bank DBS Indonesia kembali menggelar “DBS Asian Insights Conference 2024”. Digelar pada hari…

3 hours ago

Indomilk Steril Luncurkan Kampanye Pemasaran Berbasis AI, Seperti Apa?

MIX.co.id - Saat ini, tak sedikit pemasar di Tanah Air berlomba-lomba memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence…

4 hours ago

Panasonic Gobel Tahun 2024 Targetkan Growth 102%

MIX.co.id – PT Panasonic Gobel Indonesia berhasil memperkuat posisinya di pasar elektronik Tanah Air. Hal…

4 hours ago

Kupas Tuntas “Membangun Bisnis yang Tangguh” di Grab Business Forum 2024

MIX.co.id - Program tahunan Grab Business Forum kembali digelar Grab Indonesia. Digelar pada pertengahan Mei…

5 hours ago