Di tengah keputusan perusahaan elektronik asal Jepang, Toshiba dan Panasonic, menutup pabrik mereka di Indonesia—sehingga berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 2.500 karyawan, perusahaan asal Jepang lainnya, SHARP justru masih optimistis dengan pasar elektronik Tanah Air. SHARP pun tidak ada rencana untuk menutup pabriknya di Indonesia, yang telah mempekerjakan tak kurang dari 3.500 karyawan.
Ya, pasca pembangunan pabrik barunya di Kerawang pada tahun 2013 lalu, hari ini (3/2) PT SHARP Electronics Indonesia kembali meluncurkan produk TV anyarnya berbasis Android TV, yakni AQUOS Super Premium dengan resolusi setara 8K berukuran 70 inchi dan 80 inchi. Kedua varian TV yang menyasar segmen premium itu dibandrol dengan harga masing-masing Rp 130 juta dan Rp 189 juta.
Diakui General Manager Product Planning Division PT SHARP Electronics Indonesia Herdiana Anita Pisceria, dalam beberapa tahun belakangan, ekonomi Indonesia memang masih belum stabil. “Meski demikian, pasar Indonesia masih sangat menjanjikan untuk SHARP. Buktinya, angka penjualan SHARP di dunia menempati peringkat ketiga setelah Cina dan Jepang. Oleh karena itu, SHARP memutuskan untuk memperluas pabrik barunya di Kerawang untuk memproduksi televisi,” katanya.
Tutupnya pabrik TV Toshiba di Indonesia, dituturkan Herdiana, tentu saja menjadi peluang bagi SHARP untuk memenuhi kebutuhan pasar televisi di Indonesia. Mengingat, pasar televisi nasional masih terhitung menjanjikan. Menurut GFK, meski pasar elektronik tahun lalu masih lesu, namun pasar TV di Indonesia masih mampu menjual sekitar 4,5 juta unit. Dari angka tersebut, dominasi masih ada pada TV berukuran 32 inchi yang mencapai 52%. Sementara untuk produk TV 40 inchi ke atas, kontribusinya mencapai 15%. Adapun untuk produk televisi 70 inchi ke atas, tahun 2015 lalu, sanggup tumbuh dua kali lipat. Tahun 2016, penjualan produk TV nasional diperkirakan mencapai 5 juta unit.
“Meski tahun 2015 lalu ekonomi masih tidak kondusif, namun SHARP masih bertumbuh. Pertumbuhan produk TV SHARP tahun 2015 lalu sekitar 5%. Tahun 2016 ini, kami mematok penjualan TV SHARP naik 10%,” patok Herdiana, yang menyebutkan pangsa pasar SHARP di pasar TV nasional saat ini mencapai 14%.
Demi mencapai pertumbuhan di tahun 2016 ini, ditambahkan Herdiana, SHARP melancarkan empat strategi. Pertama, organisasi perusahaan yang fokus pada penjualan. Kedua, selalu meluncurkan produk baru setiap tahunnya, baik local fit maupun import seperti produk AQUOS Super Premium yang diluncurkan pada hari ini. Ketiga, fokus pada layanan untuk para dealer atau pedagang, yang notabene menjadi key influencer (orang yang mempengaruhi keputusan pembelian) bagi pasar daerah. Keempat, fokus pada layanan pelanggan dengan 382 titik pusat layanan SHARP yang tersebar di seluruh Indonesia.
Awal tahun 2016 ini, SHARP membuka rangkaian produk barunya, yakni pada produk-produk TV berukuran besar dan berbasis Android. Ketika merek lain baru pada tahap prototype dan belum merilis ke pasar B2C (Business to Consumer), SHARP telah meluncurkan TV pertama di dunia dengan resolusi setara 8K dengan harga yang kompetitif.
“Dua produk ini untuk memuaskan kebutuhan segmen konsumen yang menginginkan pengalaman menonton televisi tak terlupakan melalui kualitas gambar dan dukungan platform Android TV,” ungkap Herdiana, yang menyebutkan bahwa buying power bukanlah tantangan bagi segmen premium.
Untuk mendekati segmen premium Indonesia, ia mengatakan, SHARP akan melakukan pendekatan lewat komunitas. Antara lain, dengan terlibat sekaligus mendukung kegiatan-kegiatan yang digelar komunitas Ferari dan Lamborghini. SHARP pun akan fokus pada iklan di media cetak serta modern channel seperti Best Denki, Electronic City, Electronic Solution, dan Hartono Surabaya. “Dengan upaya itu, kami menargetkan penjualan 20 unit setiap bulannya untuk produk AQUOS Super Premium 70 inchi dan 80 inchi,” tutup Herdiana.
1 thought on “Brand Jepang Berguguran, Ini Strategi Bertahan SHARP di Pasar Elektronik Indonesia”