Deloitte Rilis “Technology-empowered Digital Trade in Asia Pacific”

MIX.co.id – Perdagangan digital semakin meningkat di kawasan Asia Pasifik. Masa keemasan perdagangan digital di kawasan ini diharapkan akan terjadi dalam tiga tahun mendatang.

Hal itu terungkap dalam laporan “Technology-empowered Digital Trade in Asia Pacific” yang dirilis Deloitte, penyedia global untuk audit dan jaminan, konsultasi, penasihat keuangan, risiko advisory, dan pajak.

Taylor Lam, Vice Chairman dan Technology, Media & Telecommunications Industry Leader di Deloitte China, mengungkapkan pandemi Covid-19, perkembangan teknologi digital, dan peningkatan kerja sama regional mempercepat pembentukan perdagangan digital di kawasan Asia Pasifik.

Perdagangan digital hadir dengan peluang pengembangan baru. “Selain itu, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan mempromosikan kerja sama regional dan memfasilitasi perdagangan digital regional,” ujarnya dalam rilis yang diterima redaksi pada Jumat (17/12), di Jakarta.

Sementara Gary Wu, Deloitte Global Lead Client Service Partner, menyebutkan teknologi digital memungkinkan seller global berpartisipasi dalam perdagangan global tanpa ada hambatan.

”Perbaikan infrastruktur digital yang berkelanjutan akan secara efektif menyelesaikan dua kendala utama yang memengaruhi perdagangan lintas batas, yakni logistik dan pembayaran. Teknologi blockchain juga menciptakan ruang imajinasi baru untuk perdagangan digital,” papar Wu.

Seiring dengan makin majunya teknologi digital, pengadopsian teknologi digital dalam perdagangan kini semakin mendalam dan lebih komprehensif, perdagangan global telah memasuki era kecerdasan, di mana faktor data memainkan peran penting.

Infrastruktur penting seperti 5G akan menunjang pengembangan platform distribusi data dan arsitektur jaringan yang baru, dan memfasilitasi Internet of Everything (IoE). Sementara itu, akumulasi dari big data, yang dipadukan dengan kecerdasan buatan, akan memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan yang cerdas.

Dalam laporan itu disebutkan pula bahwa pengembangan dan kematangan perdagangan digital di kawasan ini dinilai dari dua dimensi, e-commerce lintas batas (60%) dan digitalisasi (40%). Berdasarkan evaluasi ini, market-market di Asia Pasifik bisa dibagi menjadi: Mature market (China, Korea Selatan, Singapura dan Jepang); Developing market (Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina); dan Early-stage market (Myanmar, Kamboja, Laos, serta Brunei Darussalam).

Indonesia memiliki e-commerce berskala besar dengan potensi luar biasa dalam e-commerce lintas batas. Total besaran market e-commerce di Indonesia mencapai US$43,351 miliar pada tahun 2021, sementara proporsi skala konsumsi e-commerce lintas batas di Indonesia mencapai US$17,34 miliar, yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Developing Markets lain.

Berbicara di acara peluncuran laporan tersebut, Frankie Fan, China Head of WorldFirst, perusahaan pembayaran internasional, mengatakan Usaha Kecil Menegah (UKM) memainkan peran penting dalam pemulihan ekonomi di kawasan ini.

“Dengan dukungan infrastruktur penjualan dan pembayaran online lintas batas serta RCEP yang mulai berlaku tahun depan, UKM di kawasan Asia Pasifik akan semakin mantap dalam perdagangan lintas batas,” tandasnya. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)