MIX.co.id – Penggunaan influencer untuk meningkatkan branding dan reputasi bisnis perusahaan adalah hal yang umum dijumpai dalam satu dekade terakhir. Hal ini sekarang mulai bergeser dalam pemasaran digital, ditandai dengan penggunaan influencer yang berasal dari sumber daya internal organisasi.
Adanya tren penggunaan influencer internal ini menjadi strategi baru dalam mengatasi isu-isu yang dapat merugikan atau mengganggu perusahaan. Hal itu disampaikan CEO NoLimit, Aqsath Rasyid Naradhipa dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta, baru-baru ini (9/8).
Menurutnya, sebagai sebuah perusahaan yang berfokus pada analisis dan sentimen data, NoLimit mengidentifikasi bahwa influencer internal dari organisasi atau perusahaan telah menjadi instrumen penting dalam mempertahankan eksistensi merek dan memperkuat reputasi bisnis.
"Ini telah menjadi tren yang semakin menonjol. Strategi ini menjadi alat yang sangat berharga untuk memperkokoh posisi merek Anda dalam dunia pemasaran yang semakin ramai dan penuh tantangan bisnis modern,” ujar Aqsath.
Hal itu didukung dari hasil analisis NoLimit yang menunjukan bahwa dengan menggunakan influencer internal memiliki jumlah engagement/talk tertinggi sebesar 65,49 dibandingkan KOL yang hanya sebesar 59,25. “Angka tersebut menunjukan bahwa influencer internal memiliki nilai engagement/talk 773,71% lebih tinggi dibandingkan menggunakan influencer eksternal," tegasnya.
Data analisis dari NoLimit Dashboard juga mendukung klaim ini, dengan mencatat keberhasilan kampanye korporasi yang menggunakan influencer internal. Hasil riset menunjukkan, akun-akun internal perusahaan mendominasi perbincangan dalam kampanye yang dilakukan dan meningkatkan jumlah interaksi atau engagement hingga tiga kali lipat.
Pemanfaatan influencer internal diterapkan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) dalam program Employee Advocacy dan Relawan Pajak untuk Negeri (Renjani) yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak.
"Alasan utamanya adalah agar masyarakat lebih percaya kepada DJP. Karena, informasi yang diberikan oleh pihak internal lebih dipercaya oleh masyarakat," aku Dwi Astuti selaku Direktur P2Humas DJP Kemenkeu RI.
Hal serupa dilakukan Adira Finance yang juga memanfaatkan strategi influencer internal yang disebut dengan istilah Garda Adira (Gadira). “Program Gardina memberikan dampak yang luar biasa untuk promosi dan mempermudah komunikasi,” ujar Head of Internal Communication Adira Finance, Nur Sofiyana Saumi Ningrum.
“Influencer berguna untuk meningkatkan sales dan membangun brand, tetapi butuh waktu untuk mengetahui image yang sudah kita bangun,” timpal Karina Kusumawardani, Komunikasi Profesional. ()